Kamis, 16 Desember 2010

KALIMAT

A. Pengertian Kalimat

Pengertian Kalimat Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat.
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan (http://id.wikibooks.org). Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).


B. Unsur – Unsur KalimatRata Penuh
1. Subjek
Subjek merupakan bagian kalimat yang menunjukkan pelaku/masalah. Biasanya berupa kata benda/frasa (konkret/abstrak) yang merujuk kepada benda. Selain itu, subjek akan dapat menjawab suatu pertanyaan dengan menggunakan kata tanya : apa dan siapa.
Contoh:
Budi sedang bermain bola.
S
Siapa yang sedang bermain bola? Budi.

2. Predikat
Predikat merupakan bagian kalimat yang akan memberitahukan tindakan/keadaan dari subjek yang biasanya berupa kata/frasa. Predikat dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan dengan kata tanya mengapa dan bagaimana.
Contoh:
Budi sedang bermain bola.
S P
Bagaimana Budi? Sedang bermain.

3. Objek
Objek merupakan bagian kalimat yang melengkapi predikat yang biasanya berjenis nomina, frasa, dan klausa. Objek dapat diubah menjadi subjek jika kalimat tersebut dipasifkan (dirubah dari aktif menjadi pasif).
Contoh:
Bola sedang dimainkan oleh Budi.
S P (pasif) O

4. Pelengkap
Pelengkap juga bagian kalimat yang melengkapi predikat. Biasanya berjenis kata/frasa nominz, frasa adjektiva dan frasa preposisional.
Contoh:
Dia mengambilkan ayahnya air minum.
S P O Pel

5. Keterangan
Keterangan merupakan bagian kalimat yang akan menerangkan berbagai hal tentang konjungsi (kata hubung).
Contoh:
Ayah mengikuti seminar di Inggris.
S P O K
Macam-macam konjungsi:
1. Alat : dengan+gunting
2. Waktu : di, ke, dari
3. Tujuan : supaya, bagi, untuk, demi, …
4. Cara : dengan hati-hati, dengan…
5. Penyertaan : dengan ibu
6. Penyebab : karena, oleh karena itu, sebab, oleh sebab itu
7. Saling : satu sama lain…, saling….

Pola Dasar Kalimat
Pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia dapat ditentukan sebagai berikut:
1. KB + KK → Kata Benda + Kata Kerja
Contoh: Romeo belajar.
2. KB + KS → Kata Benda + Kata Sifat
Contoh: Dokter itu ramah.
3. KB + KBil → Kata Benda + Kata Bilangan
Contoh: Harga sepatu itu delapan puluh lima ribu.
4. KB + (KD + KB) → Kata Benda + (Kata Depan + Kata Benda)
Contoh: Dia di kantor.
5. KB1 + KK + KB2 → Kata Benda1 + Kata Kerja + Kata Benda2
Contoh: Becks bermain bola.
6. KB1 + KK + KB2 +KB 3 → Kata Benda1 + Kata Kerja + Kata Benda2
Contoh: Paman mencarikan kakak pekerjaan.
7. KB1 +KB2 → Kata Benda1 + Kata Benda2
Contoh: Rohan peneliti.

Jenis-Jenis Kalimat
1. Berdasarkan pengucapan : Kalimat langsung dan tidak langsung.
2. Berdasarkan jumlah frasa (struktur gramatikal): Kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
3. Berdasarkan isi atau fungsinya: Kalimat berita, tanya, perintah dan seruan.
4. Berdasarkan unsur : kalimat lengkap dan kalimat tak lengkap.
5. Berdasarkan susunan S-P: Kalimat versi dan kalimat inversi.
6. Berdasarkan bentuk gayanya (retorikanya): kalimat yang melepas, kalimat yang klimaks, dan kalimat yang berimbang.
7. Berdasarkan subjeknya: Kalimat aktif dan kalimat pasif.


C. Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang menyampaikan pikiran dan perasaan penulisnya dengan jelas kepada pembaca. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis serta dapat diterima maksudnya/arti serta tujuannya seperti yang dimaksud penulis /pembicara.

DAFTAR PUSTAKA, CATATAN KAKI, KUTIPAN

I. DAFTAR PUSTAKA


1. Pengertian Daftar Pustaka


Daftar pustaka adalah sebuah acuan penting dari sebuah sumber untuk penulisan ilmiah yang digunakan sebagai sumber penulisan yang berisi kutipan dari sumber tersebut yang dijadikan teori di penulisan ilmiah itu sendiri. Dalam tata cara penulisan daftar pustakan memiliki peraturam yamg harus dipakai dalam setiap penulisan ilmiah. contohnya :
Saukah, A. & Waseso, M.G. (Eds.). 2002. Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah (Edisi ke-4, cetakan ke-1). Malang: UM Press.


2. Fungsi Daftar Pustaka

Dari daftar pustaka banyak hal yang dapat kita peroleh, antara lain ;
a. Memberikan informasi bahwa pernyataan yang dibuat bukan hasil pemikiran sendiri tapi juga ditambahkan dengan pemikiran orang lain.
b. Apabila pembaca menginginkan mendalami lebih jauh pernyataan yang dikutip, dapat membaca sendiri referensi yang menjadi sumber kutipan.
c. Memberikan apresiasi atau penghargaan terhadap penulis buku yang telah membantu kita dalam penulisan karya tulis yang kita selesaikan.
d. Menjaga profesionalitas penulis terhadap karya tulis yang telah dia buat.


3. Unsur-unsur Daftar Pustaka

Hal yang perlu diketahui dalam penulisan daftar pustaka, yaitu :
a. Nama pengarang, yang dikutip secara lengkap.
b. Judul buku, termasuk judul tambahannya.
c. Data publikasi, nama penerbit, tempat terbit, tahun terbit, edisi buku tersebut.
d. Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan, nama majalah, jilid, nomor, dan tahun.


4 Bentuk Daftar Pustaka

Cara penyusunan Daftar Pustaka tidak seragam bagi semua bahan referensi, tergantung dari sifat bahan referensi itu. Cara menyusun Daftar Pustaka untuk buku agak berlainan dan majalah, dan majalah agak berlainan dari harian, serta semuanya berbeda pula dengan cara menyusun Daftar Pustaka yang terdiri dari skrip - skrip yang belum diterbitkan, seperti tesis dan disertasi. Walaupun terdapat perbedaan antara jenis-jenis kepustakaan itu, namun ada tiga hal yang penting yang selalu harus dicantumkan yaitu: pengarang, judul, dan data-data publikasi. Daftar Pustaka disusun menurut urutan alfabetis dan nama pengarangnya. Untuk maksud tersebut nama-nama pengarang harus dibalikkan susunannya: nama keluarga, nama kecil, lalu gelar-gelar kalau ada. Jarak antara baris dengan baris harus spasi rapat. Jarak antara pokok dengan pokok harus spasi ganda. Tiap pokok disusun sejajar secara vertikal, dimulai dan pinggir margin kiri. Sedangkan baris kedua, ketiga, dan seterusnya dan tiap pokok dimasukkan ke dalam tiga ketikan (bagi karya yang mempergunakan lima ketikan ke dalam untuk alinea baru) atau empat ketikan (bagi karya yang mempergunakan 7 ketikan ke dalam untuk alinca baru). Bila ada dua karya atau lebih ditulis oleh pengarang yang sama. maka pengulangan namanya dapat ditiadakan dengan menggantikannya dengan sebuah garis panjang. sepanjang lima atau tujuh ketikan, yang disusul dengan sebuah titik. Ada juga yang menghendaki panjangnya garis sesuai nama pengarang. Namun hal terakhir ini akan mengganggu dari segi estetis, karena nantinya ada garis yang pendek ada pula garis yang panjang sekali, terutama kalau nama pengarang itu panjang, atau karena ada dua tiga nama pengarang.
Karena cara-cara untuk tiap jenis kepustakaan agak berlainan. Maka perhatikanlah ketentuan-ketentuan bagaimana menyusun urutan pengarang, judul dan data publikasi dan tiap jenis kepustakaan tersebut.

A. Dengan seorang pengarang
1. Hockett. Charles F. A Course in Modern Linguistics. New York: The Mac Millan Company. 1963. Nama keluarga (Hockett ). lebih dahulu. baru nama kecil atau inisial (Charles F.). kemudian gelar-gelar. Hal ini untuk memnudahkan penyusunan secara alfabetis
2. Jiku buku itu disusun olch sebuah komisi atau lembaga. maka nama komisi atau lembaga itu dipakai menggantikan nama pengarang.
3. Jika tidak ada nama pengarang. maka urutannya harus dimulai dengan judul buku. Bagi judul buku dalam bahasa Indonesia. cukup kita memperhatikan huruf pertama dari buku tersebut. nama keluarga..Untuk buku yang ditulis dalam bahasa. lnggris. Jcrman atau Pcrancis dan bahasa-bahasa Barat yang lain. maka kata sandang yang dipakai tidak turut diperhitungkan: A, An, He, Das, Die, Le, La, dsb. Jadi kata berikutnyalah yang harus diperhitungkan untuk pcnyusunan bibliografi tersebut. Hal ini berlaku pula untuk artikel yang tidak ada nama pengarangnya.
4. Judul buku harus digaris-bawahi (kalau dicetak ditempatkan dalam huruf miring).
5. Urutan data publikasi adalah: tempat publikasi penerbit dan penunggalan. Jika ada banyak tempat publikasi maka cukup mencantumkan tempat yang pertama. Jika tidak ada penanggalan. maka pergunakan saja tahun copyright terakhir yang biasanya ditempatkan di balik halaman judul buku.
6 Pencantuman banyaknya halaman tidak merupakan hal yang wajib, sebab itu dapat pula ditiadakan.
7. Perhatikan penggunaan tanda titik sesudah tiap keterangan: sesudah nama pengarang. sesudah judul buku, sesudah data publikasi dan kalau ada sesudah jumlah halaman.
8. Perhatikan pula penggunaan titik dua sesudah tempat terbit. serta tanda koma sesudah nama penerbit.

B. Buku dengun dua atau tiga pengarang
Oliver. Robert T.. and Rupert L. Cortright. New Training for Effective Speech. New York: Henry Holt and Company, Inc.,1958
1. Nama pengarang kedua dan ketiga tidak dibalikkan; dalam hal-hal lain ketentuannya sama seperti nomor a.
2. Urutan nama pengarang harus sesuai dengan apa yang tercantum pada halaman judul buku, tidak boleh diadakan perubahan urutannya.

C. Buku dengan banyak pengarang
Morris, Alton C. et. al. College English, the First Year. New York : Harcourt, Brace & World. Inc., 1964
Untuk menggantikan nama-nama pengarang lainnya cukup di-pergunakan .singkatan et a!. singkatan dan kata Latin et alii yang berarti dan lain-lain. Dalam hal ini dapat dipergunakan singkatan et. al. atau dkk (dan kawan-kawan).

D. Kalau edisi ber:kutnya mengalami perubahan
Gleason, H. A. An Introduction to Descriptive Linguistics. Rev. ed.New York: Holt. Rinehart and Winston. 1961.
(1) Jika buku itu mengalami perubahan dalam edisi-edisi benikutnya, maka biasanya ditambahkan keterangan rev. ed. (revised edition = edisi yang diperbaiki) di belakang judul tersebut. Di samping itu ada juga yang tidak menyebut edisi yang dipcrbaiki. asal jelas menyebut cetakan ke-berapa: cetakan ke-2. cetakan ke7. dsb. Keterangan mengenai cetakan ini juga dipisahkan oleh sebuah titik.
(2) Penanggalan yang harus dicantumkan adalah tahun cetakan dari buku yang dipakai.

E. Buku yang terdiri dan dua jilid atau lebih
Intensive Course in English. 5 vols. Washington: English Language Service. inc.. 1964.
(1) Angka jilidnya ditempatkan sesudah judul. serta dipisahkan oleh sebuah tanda titik, dan selalu disingkat.
(2) Untuk penerbitan Indonesia bisa dipergunakan singkatan Jil. atau Jld.

F. Sebuah edisi dan karya seorang pengarang atau !ebih
Ali.Lukman. ed. Bahasa dan Kesusastraan Indonesia sebagai Tjemin Manusia Indonesia Baru. Djakarta: Gunung Agung. 1967
(1) Jika editornya lebih dan seorang, maka caranya sama seperti pada nomor b dan c.
(2) Ada juga kebiasaan lain yang menempatkan singkatan editor dalam tanda kurung (ed).

G. Sebuah Kumpulan Bunga Rampai atau Antologi
Jassin, H. B. ed. Gema Tanah Air, Prosa dan Puisi. 2 JId. Jakarta: Balai Pustaka 1969.Sebuah Buku Terjemahan
Multatuli. Max Have/aar, atau Ladang Kopi Persekutuan Dagang Belanda, terj. H.B. Jassin, Jakarta: Djambatan, 1972.
(1) Nama pengarang asli yang diurutkan dalam urutan alfabetis.
(2) Keterangan tentang penterjemah ditempatkan sesudah judul buku, dipisahkan dengan sebuah tanda koma.

I. Artike! dalam sebuah Himpunan
Riesman, David. “Character and Society,” Toward Liberal Education. eds. Louis
G. Locke, William M. Gibson. and George Arms. New York: Holt. Rinehart and Winston. 1962.
(1) Perhatikan: baik judul artikel maupun judul buku harus dimàsukkan; begitu pula penulis dan editorya harus dicantumkan juga.
(2) Judul artikel selalu ditulis dalam tanda kutip, sedangkan judul buku diganis-bawahi atau dicetak miring.
(3) Perhatikan pula tanda koma yang ditempatkan antara judul artikel dan judul buku, harus ditempatkan dalam tanda kutip kedua, tidak boleh sesudah tanda kutip.
(4) Jadi ketiga bagian dan kepustakaan ini tetapi dipisahkan dengan titik, yaitu pertama: nama pengarang penulis artikel, kedua judul artikel judul buku dan editor, ketiga tempat terbit — penerbit tahun terbit.

J. Artike! dalam Ensik/opedi

Wright, J.T. “Language Varieties: Language and Dialect,” Encyclopaedia of Linguistics, information and Control, hal. 243 - 251.
Wright, JT. “Language Varieties: Language and Dialect,” Encyclopaedia of Linguistics, information and Control (Oxford: Pergamon Press Ltd., 1969), hal. 243 - 251.
(1) Bila ada artikel yang jelas pengarangnya, maka nama pengarang itulah yang dicantumkan. Bila tidak ada nama pengarang. maka judul artikel yang harus dimasukkan dalam urutan alfabetisnya.
(2) Untuk penanggalan dapat dipergunakan nomor edisinya, dapat pula tahun penerbitnya
(3) Perhatikan pula bahwa antar judul ensiklopedi dan keterangan tentang edisi atau tahun terbit, jilid dan halaman harus ditempatkan tanda koma sebagai pemisah.
(4) Contoh yang kedua sebenarnya sama dengan contoh yang pertama, hanya terdapat perbedaan berupa pemasukan tempat terbit dan penerbit. Bila tempat terbit dan penerbit dimasukkan, maka : tempat terbit, penerbit dan tahun terbit dimasukkan dalam kurung. Hal ini biasanya berlaku bagi ensiklopedi yang tidak terlalu umum dikenal.


5. Macam-macam Daftar Pustaka

a. Buku-buku dasar : buku yang dipergunakan sebagai bahan orientasi umum mengenai pokok yang digarap itu.
b. Buku-buku khusus : yaitu buku-buku yang dipakai oleh penulis untuk mencari bahan-bahan yang langsung bertalian dengan pokok persoalan yang digarap.
c. Buku-buku pelengkap : buku-buku yang topiknya lain dari topik yang digarap penulis.

6. Penyusunan Daftar Pustaka


Penyusunan daftar pustaka dan penunjukannya pada naskah mengikuti salah satu
dari tiga sistem berikut :
a. Nama dan Tahun (Name and Year System). Daftar pustaka disusun secara abjad berdasarkan nama akhir penulis dan tidak dinomori. Penunjukan pada naskah dengan nama akhir penulis diikuti tahun penerbitan.
b. Kombinasi Abjad dan Nomor (Alphabet-Number System). Pada sistem ini cara penunjukannya dalam naskah adalah dengan memberikan nomor sesuai dengan nomor pada daftar pustaka yang disusun sesuai abjad.
c. Sistem Nomor (Citation Number System). Kutipan pada naskah diberi nomor berurutan dan susunan daftar pustaka mengikuti urutan seperti tercantum pada naskah dan tidak menurut abjad.

1. MetodeHavard
Contohnya seperti pada gambar di bawah ini.
2. Cara Penulisan Daftar Pustaka Textbook
a. Buku yang ditulis/dibuat oleh lembaga : nama lembaga, tahun terbit, judul buku (cetak miring atau garis bawahi), edisi dan volume, nama penerbit, tempat penerbit (kota), halaman yang dibaca.
b. Buku terjemahan : nama penulis (disusun balik), tahun terbit, judul buku (cetak miring atau garisbawahi), penerjemah, nama penerbit, tempat penerbit (kota), halaman yang dibaca.
8. Cara Penulisan Daftar Pustaka Jurnal dan Disertasi/Tesis
a. Kelompok makalah yang dipresentasikan dalam seminar/konferensi/simposium : nama penulis (disusun balik), tahun penyajian, judul makalah, nama forum penyajian (cetak miring atau garisbawahi), kota, bulan dan tanggal penyajian.
b. Kelompok disertasi/tesis : nama penulis (disusun balik), tahun terbit, judul disertasi/thesis (centang miring atau garisbawahi), tempat penerbitan (kota), universitas, kata “disertasi” atau “tesis”.
3. Cara Penulisan Daftar Pustaka dari Internet
a. Kelompok makalah / informasi dari Internet (apabila ada nama penulis) : nama penulis (disusun balik), tahun penyajian, judul makalah / informasi, alamat Internet.
b. Kelompok makalah / informasi dari Internet (apabila tidak ada nama penulis) : nama lembaga yang menulis, tahun penyajian, judul makalah / informasi, alamat Internet.


II. Catatan Kaki (Footnote)

Catatan kaki digunakan dalam penulisan ilmiah digunakan pula sebagai tambahan materi untuk menjelasakan isi dari penulisan ilmiah tersebut namun dalam catatan kaki ada peraturan tersendiri seperti memberi sebuah tanda atau simbol yang menjelaskan bahwa itu adalah catatan kaki

1. Fungsi Catatan Kaki
Catatan kaki dicantumkan sebagai pemenuhan kode etik yang berlaku, sebagai penghargaan terhadap karya orang lain.

2. Pemakaian
Catatan kaki dipergunakan sebagai :
a) pendukung keabsahan penemuan atau pernyataan penulis yang tercantum di dalam reks atau sebagai petunjuk sumber;
b) tempat memperluas pembahasan yang diperlukan tetapi tidak relevan jika dimasukkan di dalam teks, penjelasan ini dapat berupa kutipan pula;
c) referensi silang, yaitu petunjuk yang menyatakan pada bagian mana/halaman berapa, hal yang sama dibahas di dalam tulisan;
d) tempat menyatakan penghargaan atas karya atau data yang diterima dari orang lain.

3. Penomoran

Penomoran catatan kaki dilakukan dengan menggurakan angka Arab (1, 2 dan seterusnya) di belakang bagian yang diberi catatan kaki, agak ke atas sedikit tanpa memberikan tanda baca apapun. Nomor itu dapat berurut untuk setiap halaman, setiap bab, atau seluruh tulisan.

4. Penempatan

Catatan kaki dapat ditempatkan langsung di belakang bagian yang diberi keterangan ( catatan kaki langsung) dan diteruskan dengan teks.
Contoh
Peranan dan tugas kaum pria berbeda dengan dan peranan tugas kaum wanita. Sehubungan dengan, hal itu, Margaret Mead (1935) berdasarkan penelitiannya di beberapa masyarakat di Papua Nuguini, menyatakan bahwa perbedaan itu tidak semata-mata berdasarkan perbedaan jenis kelamin saja, melainkan berhubungan erat dengan kondisi sosial-budaya lingkungannya. 1
Margaret Mead, Sex and Temperament in Three Primitive Societies (New York : The American Library, 1950), pp.
Karena kondisi sosial budaya, mungkin berubah dan berkembang, maka peranan dan tugas itu juga mungkin berubah bertukar atau bergeser.
Antara catatan kaki dengan teks dipisahkan dengan garis sepanjang baris.
Cara yang lebih banyak dilakukan ialah dengan meletakkannya pada bagian bawah (kaki) halaman atau pada akhir setiap bab.

5. Unsur-unsur Catatan Kaki

A. Untuk Buku
1) Nama pengarang (editor, penterjemah), ditulis dalam urutan biasa, diikuti koma (.).
2) Judul buku, ditulis dengan huruf kapital (kecuali kata-kata tugas), digarisbawahi.
3) Nama atau nomor seri, kalau ada.
4) Data publikasi :
  1. Jumlah jilid, kalau ada
  2. Kota penerbitan, diikuti titik dua ditulis
  3. Nama penerbit, diikuti koma di antara.
  4. Tahun penerbitan. tanda kurung
  5. Nomor jilid kalau perlu.
  6. Nomor halaman diikuti titik (.)
B. Untuk Artikel dalm Majalah/Berkala
  1. Nama pengarang.
  2. Judul artikel, di antara tanda kutip
  3. Nama majalah, digarisbawahi.
  4. Nomor majalah jika ada.
  5. Tanggal penerbitan.
  6. Nomor halaman.
  7. Catatan Kaki Singkat
(A) Ibid. (Singkatan dari Ibidum, artinya sama dengan di atas), untuk catatan kaki yang sumbernya sama dengan catatan kaki yang tepat di atasnya. Ditulis dengan huruf besar, digarisbawahi, diikuti titik (.) dan koma (,) lalu nomor halaman.
(B) op.cit. (Singkatan dari opere citato, artinya dalam karya yang telah dikutip), dipergunakan untuk catatan kaki dari sumber yang pernah dikutip, tetapi telah disisipi catatan kaki lain dari sumber lain. Urutannya : nama pengarang, op.cit nomor halaman.
(C) loc.cit. (Singkatan dari. loco citato, artinya tempat yang telah dikutip), seperti di atas tetapi dari halaman yang sama : nama pengarang loc.cit (tanpa nomor halaman).

6. Contoh-contoh (Perhatikan Spasinya)

a) Dari Buku
2John Dewey, How We Think (Chicago: Henry Regnery Company, 1974), p. 75.
3BP3K, Strategi Pengembangan Kekuaran Penalaran (Jakarta : Departemen P dan K, 1979), pp. 81 - 95.
4Ibid., p. 15.
5John Dewey, op.cit., p. 18.
6John Dewy, loc.cit.
7Boyd R. Mc Candless and Richard H. Coop, Adolescents : Behavior and Development (New York: Holt, Rinehart and Winston, 1979). p. 99.
8J.E. Wert, C. D. Neidt, and J. S. Ahmann, Statistical Method in Educational and Psychological Research (New York: Appleton CenturyCrofts, Inc., 1954), p. 20U
9C., H. Johnston et.al., The Modern. High School (New York : Charles Scribner's Sons, 1914), p. 17.
1OSutan Takdir Alisyahbana (edit.), The Modernization of Languages in Asia (Kuala Lumpur: The Malaysian Society of Asian Studies, 1967), P. IX.
b) Dari Majalah
11Linus Simanjuntak, "Andaikan Kolam itu Bumi Kita", Suara Alam no 9 (1980), pp. 17 - 18.
c) Dari Surat Kabar
12Tajuk Rencana daIam Kompas (Jakarta) , 7 Mei 1981.
13Artikel dalam Sinar Harapan (Jakarta). 29 April 1981.
d) Dari Ensiklopedia
14John E. Bardach, "Fish," Encyclopedia Americana (New York: Americana Corporation, 1973), 11, pp. 289 309.
Perlu diketahui bahwa banyak cara yang teiah diterapkan sehubungan dengan pemakaian dan penulisan kutipan, catatan kaki, dan daftar kepustakaan. Apa yang baru saja anda pelajaari adalah salah satu di antaranya. Dalam pelaksanaannya, setiap perguruan tinggi menetapkan aturan tertentu mengenai hal itu. Meskipun aturan itu mungkin berbeda-beda, namun semua bersepakat untuk menghargai penemuan atau karya orang lain.


III. Kutipan

Kutipan adalah pengambilanalihan satu kalimat atau lebih dari karya tulisan lain untuk tujuan ilustrasi atau memperkokoh argument dalam tulisan itu sendiri. Atau Kutipan adalah gagasan, ide, pendapat yang diambil dari berbagai sumber. Proses pengambilan gagasan itu disebut mengutip. Gagasan itu bisa diambil dari kamus, ensiklopedi, artikel, laporan, buku, majalah, internet, dan lain sebagainya.

Kutipan di bagi menjadi 2, yaitu :
1. Kutipan Langsung adalah mengutip sesuai dengan sumber aslinya, artinya kalimat-kalimat tidak ada yang diubah.
Contoh Kutipan Langsung :
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990).
2. Kutipan Tidak Langsung yaitu jika mengutip dengan cara meringkas kalimat dari sumber aslinya, namun tidak menghilangkan gagasan asli dari sumber tersebut.
Contoh Kutipan Tidak Langsung :
Seperti dikatakan Bachman (1990) bahwa ragam bahasa pada dasarnya variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara.
Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa ketiga sumber diatas memiliki tujuan dan fungsi yang sama , yaitu sebagai pernyataan penghormatan kepada orang yang pendapatnya dikutip,dan sebagai pembuktian akan kebenaran kutipan tersebut.
Perbedaan dari ketiga cara tersebut ada dari segi penempatannya dan cara menuliskan sumber refrensi dari kamus, ensiklopedi, artikel, laporan, buku, majalah, internet, dan lain sebagainya.







http://www.docstoc.com/docs/22448919/04-Penulisan-Daftar-Pustaka
http://www.scribd.com/doc/36537268/Penyusunan-Daftar-Pustaka
http://lytasapi.wordpress.com/2010/06/05/pengertian-fungsi-dan-jenis-kutipan/
http://fikarzone.wordpress.com

Rabu, 26 Mei 2010

Telaga hati

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi,
datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah.
Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Pemuda itu, memang tampak
seperti orang yang tak bahagia. Pemuda itu menceritakan semua
masalahnya. Pak Tua yang bijak mendengarkan dengan seksama. Beliau lalu
mengambil segenggam garam dan segelas air. Dimasukkannya garam itu ke
dalam gelas, lalu diaduk perlahan.

"Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya," ujar Pak tua itu.
"Asin. Asin sekali," jawab sang tamu, sambil meludah kesamping.

Pak Tua tersenyum kecil mendengar jawaban itu. Beliau lalu mengajak sang
pemuda ke tepi telaga di dekat tempat tinggal Beliau. Sesampai di tepi
telaga, Pak Tua menaburkan segenggam garam ke dalam telaga itu. Dengan
sepotong kayu, diaduknya air telaga itu.

"Coba, ambil air dari telaga ini dan minumlah." Saat pemuda itu selesai
mereguk air itu, Beliau bertanya, "Bagaimana rasanya?" "Segar," sahut
sang pemuda.
"Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?" tanya Beliau lagi.
"Tidak," jawab si anak muda.

Dengan lembut Pak Tua menepuk-nepuk punggung si anak muda. "Anak muda,
dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam tadi, tak
lebih dan tak kurang. Jumlah garam yang kutaburkan sama, tetapi rasa air
yang kau rasakan berbeda. Demikian pula kepahitan akan kegagalan yang
kita rasakan dalam hidup ini, akan sangat tergantung dari wadah yang
kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita
meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi,
saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu
hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya.
Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu."

Beliau melanjutkan nasehatnya.
"Hatimu adalah wadah itu.
Perasaanmu adalah tempat itu.
Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan
hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam
setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan."
=========================================== Pohon Tua

Suatu ketika, di sebuah padang, tersebutlah sebatang pohon rindang.
Dahannya rimbun dengan dedaunan. Batangnya tinggi menjulang. Akarnya,
tampak menonjol keluar, menembus tanah hingga dalam. Pohon itu, tampak
gagah di banding dengan pohon-pohon lain di sekitarnya.

Pohon itupun, menjadi tempat hidup bagi beberapa burung disana. Mereka
membuat sarang, dan bergantung hidup pada batang-batangnya.
Burung-burung itu membuat lubang, dan mengerami telur-telur mereka dalam
kebesaran pohon itu. Pohon itupun merasa senang, mendapatkan teman, saat
mengisi hari-harinya yang panjang.

Orang-orang pun bersyukur atas keberadaan pohon tersebut. Mereka kerap
singgah, dan berteduh pada kerindangan pohon itu. Orang-orang itu sering
duduk, dan membuka bekal makan, di bawah naungan dahan-dahan. "Pohon
yang sangat berguna," begitu ujar mereka setiap selesai berteduh.
Lagi-lagi, sang pohon pun bangga mendengar perkataan tadi.

Namun, waktu terus berjalan. Sang pohon pun mulai sakit-sakitan.
Daun-daunnya rontok, ranting-rantingnya pun mulai berjatuhan. Tubuhnya,
kini mulai kurus dan pucat. Tak ada lagi kegagahan yang dulu di
milikinya.Burung-burung pun mulai enggan bersarang disana. Orang yang
lewat, tak lagi mau mampir dan singgah untuk berteduh.

Sang pohon pun bersedih. "Ya Tuhan, mengapa begitu berat ujian yang Kau
berikan padaku? Aku butuh teman. Tak ada lagi yang mau mendekatiku.
Mengapa Kau ambil semua kemuliaan yang pernah aku miliki?" begitu ratap
sang pohon, hingga terdengar ke seluruh hutan. "Mengapa tak Kau
tumbangkan saja tubuhku, agar aku tak perlu merasakan siksaan ini?" Sang
pohon terus menangis, membasahi tubuhnya yang kering.

Musim telah berganti, namun keadaan belumlah mau berubah. Sang pohon
tetap kesepian dalam kesendiriannya. Batangnya tampak semakin kering.
Ratap dan tangis terus terdengar setiap malam, mengisi malam-malam
hening yang panjang.
Hingga pada saat pagi menjelang.

"Cittt...cericirit...cittt" Ah suara apa itu?
Ternyata, ada seekor anak burung
yang baru menetas. Sang pohon terhenyak dalam lamunannya.
"Cittt...cericirit...cittt," suara itu makin keras melengking. Ada lagi
anak burung yang baru lahir. Lama kemudian, riuhlah pohon itu atas
kelahiran burung-burung baru. Satu... dua... tiga... dan empat anak
burung lahir ke dunia. "Ah, doaku di jawab-Nya," begitu seru sang pohon.

Keesokan harinya, beterbanganlah banyak burung ke arah pohon itu.
Mereka, akan membuat sarang-sarang baru. Ternyata, batang kayu yang
kering, mengundang burung dengan jenis tertentu tertarik untuk mau
bersarang disana. Burung-burung itu merasa lebih hangat berada di dalam
batang yang kering, ketimbang sebelumnya. Jumlahnyapun lebih banyak dan
lebih beragam. "Ah, kini hariku makin cerah bersama burung-burung ini",
gumam sang pohon dengan berbinar.

Sang pohon pun kembali bergembira. Dan ketika dilihatnya ke bawah,
hatinya kembali membuncah. Ada sebatang tunas baru yang muncul di dekat
akarnya. Sang Tunas tampak tersenyum. Ah, rupanya, airmata sang pohon
tua itu, membuahkan bibit baru yang akan melanjutkan pengabdiannya pada
alam.

***

Teman, begitulah. Adakah hikmah yang dapat kita petik disana? Allah
memang selalu punya rencana-rencana rahasia buat kita. Allah, dengan
kuasa yang Maha Tinggi dan Maha Mulia, akan selalu memberikan
jawaban-jawaban buat kita. Walaupun kadang penyelesaiannya tak selalu
mudah di tebak, namun, yakinlah, Allah Maha Tahu yang terbaik buat kita.

Saat dititipkan-Nya cobaan buat kita, maka di saat lain, diberikan-Nya
kita karunia yang berlimpah. Ujian yang sandingkan-Nya, bukanlah harga
mati.Bukanlah suatu hal yang tak dapat disiasati. Saat Allah memberikan
cobaan pada sang Pohon, maka, sesungguhnya Allah, sedang MENUNDA
memberikan kemuliaan-Nya. Allah tidak memilih untuk menumbangkannya,
sebab, Dia menyimpan sejumlah rahasia. Allah, sedang menguji kesabaran
yang dimiliki.

Teman, yakinlah, apapun cobaan yang kita hadapi, adalah bagian dari
rangkaian kemuliaan yang sedang dipersiapkan-Nya buat kita. Jangan putus
asa,jangan lemah hati. Allah, selalu bersama orang-orang yang sabar.
======================================= Putri Qara


Diceritakan bahwa Putri Qara adalah istri saudagar kaya Amenhotep,
berasal dari keluarga sederhana, tapi pintar, bijaksana dan berbudi
pekerti yang baik. Karena ia berasal dari keluarga yang lebih miskin
dibanding dengansuaminya, ia sering diperlakukan dengan tidakselayaknya,
sampai suatu hari ia dan suaminya pergi ke desa nelayan dan melihat ada
seorang nelayan yang miskin dan istrinya. Nelayan tersebut sangat miskin
dan bahkan untuk membeli jala yang baru untuk mengganti jalanya yang
robek pun ia tidak mampu. Istri nelayan tersebut adalah orang yang
pemboros, malas dan suka berjudi, seluruh penghasilan suaminya
digunakannya untuk berfoya-foya.

Melihat kenyataan seperti itu, Putri Qara berkata kepada suaminya, bahwa
seharusnya istri nelayan tersebut membantu memperbaiki jala suaminya.
Amenhotep, menentang pendapat istrinya, mereka berdebat, sehingga
Amenhotep marah dan kemudian memanggil nelayan miskin tersebut.Amenhotep
menukarkan Putri Qara dengan istri nelayan tersebut.

Putri Qara sedih karena terhina, suaminya
memperlakukan seolah-olah dia
adalah barang yang bisa dipertukarkan semaunya. Sang nelayan tertegun
dan tidak berani membantah, karena Amenhotep terkenal kejam dan sadis
karena kekayaannya.

Putri Qara rajin membantu suaminya yang baru dalam bekerja. Karena
kepandaian dan kebijaksanaan Putri Qara, lambat laun sang nelayan
menjadi kaya. Sampai suatu ketika ada seorang tua dengan baju
compang-camping dan tidak terurus datang ke rumah Putri Qara, pelayan
dirumah tersebut mengenalinya sebagai Amenhotep. Amenhotep kemudian
melepas terompahnya dan meletakkan di meja kecil di sudut rumah Putri
Qara. Oleh pelayan, terompah tersebut diberikan pada Putri Qara dan
menceritakan kondisi pemiliknya, sang Putri mengenali terompah tersebut
dan memerintahkan pelayannya untuk memberikan pada Amenhotep baju baru,
terompah baru dan 3 keping uang emas ditambah pesan : aku tidak diwarisi
kekayaan tetapi budi pekerti, kebijaksanaa dan kemauan untuk bekerja.

Amenhotep menerima pemberian itu dengan penyesalan akan tindakannya di
masa lalu, karena egonya dia menukar istrinya yang baik dan bijaksana
dengan seorang wanita yang hanya bisa menghamburkan hartasuaminya.

Cerita tersebut sederhana, tapi menyentuh karena ternyata begitu besar
pengaruh seorang istri untuk suaminya.

Oleh karenanya, hai wanita dampingi dan dukunglah pria dengan bijaksana,
dan hai pria perlakukanlah wanita dengan penuh kasih, karena pada setiap
pria yang sukses pasti terdapat seorang wanita yang mendukungnya dengan
bijaksana.

Selasa, 25 Mei 2010

Kehidupan yang Sangat Berarti

Berapa umur anda saat ini ? 20 tahun, 30 tahun, 40 tahun atau bahkan 60 tahun… Berapa lama anda telah melalui kehidupan anda ? Berapa lama lagi sisa waktu anda untuk menjalani kehidupan?. Tidak ada seorang pun yang tahu kapan kita mengakhiri hidup ini.

Matahari terbit dan kokok ayam menandakan pagi telah tiba. Waktu untuk kita bersiap melakukan aktivitas, sebagai karyawan, sebagai pelajar, sebagai seorang profesional, dll.

Seperti ... (maaf) dikejar anjing.. kita memulai hari yang baru. Macetnya jalan membuat kita semakin tegang menjalani hidup. Terlambat sampai di kantor, itu hal biasa. Pekerjaan menumpuk, tugas dari boss yang membuat kepala pusing, sikap anak buah yang tidak memuaskan, dan banyak problematika pekerjaan harus kita hadapi di kantor.

Tak terasa, siang menjemput..."Waktunya istirahat..makan-makan.." Perut lapar, membuat manusia sulit berpikir. Otak serasa buntu. Pekerjaan menjadi semakin berat untuk diselesaikan. Matahari s! udah berada tepat diatas kepala. Panas betul hari ini...

Akhirnya jam istirahat selesai, waktunya kembali bekerja...Perut kenyang, bisa jadi kita bukannya semangat bekerja malah ngantuk. Aduh tapi pekerjaan kok masih banyak yang belum selesai. Mulai lagi kita kerja, kerja dan terus bekerja sampai akhirnya terlihat di sebelah barat. Matahari telah tersenyum seraya mengucapkan selamat berpisah. Gelap mulai menjemput. Lelah sekali hari ini. Sekarang jalanan macet. Kapan saya sampai di rumah. Badan pegal sekali, dan badan rasanya lengket. Nikmat nya air hangat saat mandi nanti. Segar segar...

Ada yang memacu kendaraan dengan cepat supaya sampai di rumah segera, dan ada yang berlarian mengejar bis kota bergegas ingin sampai di rumah. Dinamis sekali kehidupan ini.

Waktunya makan malam tiba. Sang istri atau mungkin Ibu kita telah menyiapkan makanan kesukaan kita. "Ohh..ada sop ayam". "Wah soto daging buatan ibu memang enak sekali". Suami memuji masakan istrinya, atau anak memuji masakan Ibunya. Itu juga kan yang sering kita lakukan.

Selesai makan, bersantai sambil nonton TV. Tak terasa heningnya malam telah tiba. Lelah menjalankan aktivitas hari ini, membuat kita tidur dengan lelap. Terlelap sampai akhirnya pagi kembali menjemput dan mulailah hari yang baru lagi.

Kehidupan..ya seperti itu lah kehidupan di mata sebagian besar orang. Bangun, mandi, bekerja, makan, dan tidur adalah kehidupan.

Jika pandangan kita tentang arti kehidupan sebatas itu, mungkin kita tidak ada bedanya dengan hewan yang puas dengan bisa bernapas, makan, minum, melakukan kegiatan rutin, tidur. Siang atau malam adalah sama. Hanya rutinitas...sampai akhirnya maut menjemput. Memang itu adalah kehidupan tetapi bukan kehidupan dalam arti yang luas.

Sebagai manusia jelas kita memiliki perbedaan dalam menjalankan kehidupan. Kehidupan bukanlah sekedar rutinitas. Kehidupan adalah kesempatan untuk kita mencurahkan potensi diri kita untuk orang lain. Kehidupan adalah kesempatan untuk kita berbagi suka dan duka dengan orang yang kita sayangi. Kehidupan adalah kesempatan untuk kita bisa mengenal orang lain. Kehidupan adalah kesempatan untuk kita melayani setiap umat manusia. Kehidupan adalah kesempatan untuk kita mencintai pasangan kita, orang tua kita, saudara, serta mengasihi sesama kita. Kehidupan adalah kesempatan untuk kita belajar dan terus belajar tentang arti kehidupan. Kehidupan adalah kesempatan untuk kita selalu mengucap syukur kepada Yang Maha Kuasa ..

Kehidupan adalah ... dll. Begitu banyak Kehidupan yang bisa kita jalani. Berapa tahun anda telah melalui kehidupan anda ? Berapa tahun anda telah menjalani kehidupan rutinitas anda ? Akankah sisa waktu anda sebelum ajal menjemput hanya anda korbankan untuk sebuah rutinitas belaka ? Kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput, mungkin 5 tahun lagi, mungkin 1 tahun lagi, mungkin sebulan lagi, mungkin besok, atau mungkin 1 menit lagi.

Hanya Tuhanlah yang tahu... Pandanglah disekeliling kita...ada segelintir orang yang membutuhkan kita. Mereka menanti kehadiran kita. Mereka menanti dukungan kita. Orang tua, saudara, pasangan, anak, sahabat dan sesama......Serta Tuhan yang setia menanti ucapan syukur dari bibir kita. Bersyukurlah padaNYA setiap saat bahwa kita masih dipercayakan untuk menjalani kehidupan ini. Buatlah hidup ini menjadi suatu ibadah.

Selamat menjalani hidup yang lebih berkualitas.

Waktu yang Terlupa Menabur Bencana

Rata-rata manusia meninggal dunia antara usia 60 thn-70thn (mayoritas)
Pukul rata manusia meninggal  65 th


“Baligh: Start untuk seseorang di perhitungkan amal baik atau buruknya selama hidup di dunia”

Laki-laki Baligh kurang lebih 15 tahun
Wanita Baligh kurang lebih 12 tahun

Usia Yang tersisa untuk kita beribadah kepada-Nya kita pukul rata dengan rumus:

MATI-BALIGH= sisa USIA……………..65-15= 50 tahun

1hari=24jam
Satu TAHUN ?
12 Bulan
52 Minggu
365 Hari
8760 Jam
525600 Menit
31536000 Detik

12 jam siang hari
12 jam malam hari
24 jam satuharisatumalam

Catatan:
50 tahun= 18250 hari= 458000 jam


Gambaran kotornya:
Mari kita tela’ah bersama………!

Waktu kita tidur  8 jam/hari
Dalam 50 tahun waktu yang habis dipakai tidur 18250 hari x 8 jam= 146000 jam=16 tahun, 7 bulan……
di bulatkan jadi 17 tahun

Logikanya: Alangkah sayangnya waktu 17 tahun habis di gunakan untuk tidur, padahal kita akan tertidur dari dunia untuk selamanya………………………………………………………
Catatan: Yang lebih bermasalah lagi bagi mereka yang tumor alias tukang molor bisa jadi 12 jam/hari =25 tahun habis tertidur!!! Hati-hati dengan penyakit “TUMOR”


Waktu aktivitas kita di siang hari  12 jam

Dalam 50 tahun waktu yang habis dipakai aktivitas:18250 hari x12 jam=219000 jam=25 tahun
Aktivitas disiang hari: Ada yang bekerja, atau bercinta, ada yang belajar atau mengajar, ada yang sekolah atau kuliah, ada yang makan sambil jalan-jalan, ada pula yang gambling sambil maling…
dan masih banyak lagi aktivitas lainnya yang tak pernah bisa disamaratakan satu dengan yang lain……..

Waktu aktivitas santai atau rilexsasi  4 jam
Dalam 50 tahun waktu yang dipakai rileksasi 18250 hari x 4 jam= 73000 jam = 8 tahun
Realisasi rileksasi: biasanya nonton tv sambil minum kopi, ada pula yang belajar mati-matian/bikin contekan habis-habisan buat ujian, atau mungkin dihabiskan termenung di buai khayalan……

17 tahun + 25 tahun + 8 tahun = 50 tahun Plus plos/Balance
Tidur……Ngelembur…Nganggur

Lalu kapan Ibadahnya??????
Padahal manusia diciptakan-Nya tiada lain dan tiada bukan untuk semua dan segalanya hanyalah beribadah kepada-Nya, karena satu hal yang pasti kita akan kembali ke alam hakiki illahi!!!!!!!!!!!!!!!!!
“ Maut datang menjemput tak pernah bersahut
Malaikat datang menuntut untuk merenggut
Manusia tak kuasa untuk berbicara
Tuhan Maha Kuasa atas syurga dan Neraka”
Memang benar!!!!! kuliah itu ibadah, kalau niat kuliahnya untuk ibadah, lha wong kita mah kuliah mau nyari ijazah, bakal nanti bekerja agar mudah mencari nafkah……………………
Memang benar!!!!!!!!! Bekerja cari nafkah itu ibadah, tapi bekerja yang bagaimana? Orang kita bekerja sikut sanah sikut sinih, banting tulang banting orang, tujuan utamanya cari uang buat beli barang-barang biar dipandang orang-orang…..
“jarang orang menolak untuk di puji dan di puja tatkala mereka berjaya “

Pernah kita membaca bismillah saat hendak berangkat kuliah tapi sayang hanya sekedar pernah……………
Pernah kita berniat mulia saat hendak mencari nafkah, tapi semuanya terlupa ketika melihat gemerlapnya dunia…….

Lalu kapan ibadahnya??????????????
Oh mungkin saat sholat yang 5 waktu itu dianggap cukup………..!
Karena kita pikir; sholat begitu besar pahalanya, sholat amalan yang dihisab paling pertama, sholat jalan untuk membuka pintu syurga………
Kenapa kita harus cukup kalau ibadah kita hanyalah sholat kita!!!!!!

Berapa sholat kita dalam 50 tahun??????
1x sholat =  10 menit …..5x sholat  1 jam
Dalam waktu 50 tahun waktu yang terpakai sholat=18250 hari x I jam =18250 jam= 2 tahun

Kesimpulan: waktu yang kita manfaatkan dalam 50 tahun di dunia cuma 2 tahun untuk sholat…………
2 tahun dari 50 tahun kesempatan kita….itupun belum tentu sholat kita bermakna berpahala dan di terima..
Dan sekiranya sholat kita selama 2 tahun berpahala rasa-rasanya tidak sebanding dengan perbuatan dosa-dosa kita selama 50 tahun; dalam ucap kata kita yang selalu dusta, baik yang terasa maupun yang di sengaja, dalam ucap kata kita yang selalu cerca terhadap orangtua, dalam harta kaya kita yang selalu kikir terhadap orang faqir, dalam setiap laku langkah kita yang selalu bergelimang dosa…………………………


Logika dari logikanya:
Bukan satu yang tidak mungkin kita umat di akhir jaman akan berhamburan di neraka untuk mendapatkan balasan kelalaian……………………
Terlalu banyak waktu yang terbuang percuma selama manusia hidup di dunia dan semuanya itu akan menjadi bencana…………………….

Solusi:
Tiada kata terlambat walaupun waktu bergulir cepat, isilah dengan sesuatu apa yang bermanfaat!!!!!!!
Ingat Akhirat!!!!!!!!!!!!!!!!!!!




CophyRight:Aa.Boy 2001

Islam adalah Relevan Sepanjang Zaman dan Tempat (Islam Vis A Vis Modernitas)

“Tapi masalahnya tidak hanya bahwa Islam menentang kebebasan. Islam tidak pernah mengalami ‘reformasi’, yang dapat memaksanya untuk bisa sesuai dengan modernitas, Islam secara fundamental adalah tidak toleran dan tidak liberal. Akibatnya, ia akan langsung bertentangan dengan nilai-nilai Barat dalam hal-hal seperti perlakuan terhadap wanita, kebebasan berbicara, pemisahan nilai-nilai pribadi dan umum, dan toleransi atas homoseksualitas. Itu semua adalah landasan liberal dan tidak dapat dirundingkan.” (Melanie Phillips, Spectator, September 2002)
Perbincangan Islam vis-à-vis modernitas telah menjadi penggerak utama debat politik pada dekade lalu. Sejak peristiwa 11 September para cendekiawan, akademisi, komentator dan pembuat kebijakan semuanya telah mempelajari Islam hingga sepertinya Islam menjadi motivasi bagi banyak orang di dunia pada saat ini. Kesimpulan mereka adalah bahwa Islam tidak mempunyai tempat di dunia ini. Mereka mengutip beberapa bukti seperti usaha yang dilakukan Iran dan Taliban dalam menerapkan Islam yang terbukti bahwa Islam tidak bisa diterapkan di abad ke 21. Argumen mendasar penentangan terhadap Islam adalah: “Islam sangat bertentangan dengan nilai-nilai Barat yang modern sehingga ia tidak punya tempat di dunia saat ini”.
Modernitas bagi mereka yang mengklaim dirinya sebagai modern memiliki konotasi tertentu atas misi pencerahan, yang didefinisikan sebagai emansipasi dari kondisi awal yang dipaksakan yakni agama. Misi ini berakibat pada perkembangan sekularisme dan menjauhkan diri dari gereja, agama dan dogma pada hanya wilayah pribadi. Pengambilan sekularisme lalu memunculkan ide baru bagi masyarakat, yakni hak asasi manusia, persamaan hak dan kebebasan. Tidak lama kemudian proses sejarah ini diistilahkan sebagai ‘modernisme’. Bagi kaum sekuler, pengambilan nilai-nilai liberal sekuler disebut sebagai modern dan apapun yang tidak sesuai dengan nilai-nilai itu dianggap sebagai terbelakang dan tidak beda dengan yang apa terjadi pada gereja abad pertengahan.
Titik kritis argumen itu kemudian adalah apakah Islam itu modern jika berkaitan dengan ‘modernitas’. Sesuatu yang modern perlu menjadi relevan sepanjang masa dan tempat daripada bila hanya sesuai dengan nilai-nilai liberal secular. Pada dasarnya, Islam bukanlah bagian dari ‘modernitas’ dalam pengertian ini karena ia memiliki nilai-nilai tersendiri; landasan dan cara pandang yang berbeda dengan landasan sekuler. Pertanyaan yang perlu ditanyakan adalah dapatkah Islam bisa bekerja di dunia modern. Ini berarti bahwa hukum Islam (Syariah) cocok dalam memecahkan masalah dari tiap kalangan usia dan tetap konsisten dengan landasan unik yang dimilikinya, tanpa melakukan penyimpangan dari landasan itu. Dengan demikian, keabsahan bahwa Islam sebagai modern, bisa diukur dengan selayaknya.
Jika seseorang melihat Islam, dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum Islam datang untuk memecahkan masalah kemanusiaan dan akan memasuki kehidupan mereka. Syariah bukanlah hanya daftar dari apa yang harus dan tidak boleh dilakukan.
Sosiolog dan psikolog seperti Weber, Durkheim dan Freud setelah mempelajari bukti-bukti empiris tidak pernah mencapai konsensus pada apakah yang dimaksud dengan masalah-masalah manusia. Selama satu kurun waktu, mereka meyimpulkan bahwa problem-problem itu berkisar dari ketakutan, mendapatkan harta, memperoleh keturunan, bertahan hidup, penyembahan, dll. Beberapa dari masalah itu seperti kita tahu sudah ada sebelumnya sementara yang lainnya akan ditemukan dan memerlukan penelitian dari gabungan beberapa bidang study ketika ditemukan. Ini adalah usaha mereka atas realitas manusia untuk dapat mendefinisikan masalah manusia. Konteks dari perbincangan ini adalah melihat realitas manusia; karena itu kita melihat pada manusia tanpa memperhitungkan waktu dan tempat, karena tidak ada perbedaan antara manusia saat ini dengan manusia empat belas abad yang lalu maupun manusia dua puluh abad kedepan. Tanpa memperhatikan faktor-faktor eksternal, kebutuhan jasmani manusia dan instinknya masih tetap sama.
Instink-instink (ghorizah) itu kenyataan yang tidak bisa berubah yang telah ada sejak adanya manusia pertama, yakni Adam AS, dan ini selalu menjadi masalah yang serupa. Kita dapat mengetahui bahwa lelaki dan wanita tertarik dengan lawan jenis dan bahwasanya mereka memiliki hasrat keibuan dan kebapakan. Manusia selama beberapa abad selalu selalu menyembah sesuatu, baik itu Sang Pencipta atau sesuatu yang lain seperti seorang ahli filsafat, penyanyi pop, penguasa, superhero, api, gunung berapi atau planet. Bahkan orang komunis melakukan ziarah ke makam Lenin. Ini sekali lagi adalah bagian yang tidak bisa berubah dari manusia yang tidak pernah berubah dan tidak terpengaruh apakah jenis transportasinya adalah unta ataupun Concorde. Tidak ada seorangpun yang mengklaim memiliki dua buah otak, empat hati, atau tiga jantung. Sebagaimana juga mereka tidak bisa mengklaim memiliki instink selain dari memperoleh keturunan, bertahan hidup dan peghormatan. Karena itu landasan dasarnya tetap tanpa mempertimbangkan lagi waktu atau wilayahnya, manusia secara fundamental tetap sama, dengan persamaan instink, kebutuhan, nafsu, tanpa ada pertimbangan-pertimbangan lain.
Islam memandang manusia terdiri dari instinks dan masalah manusia ketika kebutuhannya terus memuaskan mereka. Ini artinya masalah manusia adalah sama dan tidak pernah berubah. Ini dikarenakan apa-apa yang berubah sepanjang waktu adalah manifestasi dari instink dan bukan instink itu sendiri. Jadi kita tidak akan menemukan instink yang baru atau instink yang keempat tapi mereka akan tetap hingga akhir waktu, walaupun selama masa hidup seseorang manifestasi dari hal itu mungkin berubah. Jadi seseorang bisa saja berganti agama, merubah jenis kelamin yang mereka suka atau bahkan memutuskan ada barang tertentu yang mereka tidak beli karena efeknya pada lingkungan tapi seseorang akan tetap menyembah sesuatu, menjadi tergerak karena ketertarikan lawan jenis dan mencari beberapa bentuk kepemilikan.
Ringkasnya, isu yang harus disepakati adalah bahwa teks-teks Islam menyeru lelaki dan perempuan sebagai manusia, tidak hanya sebagai seseorang yang tinggal di gurun Arab di abad ketujuh. Islam tidaklah menyeru manusia dalam kaitannya dengan masa atau tempat tertentu tapi menyeru pada manusia apakah kita hidup seabad lalu, hari ini, atau seratus tahun lalu. Masalah yang sederhana ini masih tetap pada kenyataan bahwa manusia yang hidup saat ini adalah manusia yang sama 1400 tahun lalu. Beberapa ayat pada Qur’an memberikan perincian atas kenyataan ini,
“Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah” ,
(Q Surat Al-Fatir: 43). Manusia yang diseru oleh Allah 1400 tahun lalu ketika Quran menyebut, Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (Q Surat Al-Baqarah: 275) Tidak beda dengan manusia yang diseru oleh seruan yang sama saat ini, seseorang dapat melihat manusia yang diseru oleh Allah SWT lebih dari 1000 tahun yang lalu ketika Al Quran menyatakan, ”Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. (Q Surat Al-Israa: 31) Ayat ini tidak ada bedanya pada manusia saat ini.
Dan memang benar ketika Rasulullah SAW bersabda,
“Tidak ada yang lebih baik dari Anak Adam daripada ketika dia memiliki sebuah rumah dimana dia tinggal dan selembar pakaian yang dipakai untuk menutup auratnya dan sepotong roti dan beberapa teguk air” (Tirmidhi) . Beliau tentu saja tidak merujuk ucapannya itu pada kebutuhan orang Badui dari Arab tapi pada seluruh manusia. Jadi jika kita tidak berubah dan teks-teks Islam yang menyeru kita tidak pernah berubah, lalu apa bedanya sekarang? Tentu saja dunia ini sudah sangat berbeda dan berkembang, sangat beda dengan dunia pada saat Islam muncul, gaya hidup orang berubah dibandingkan seabad lalu. Yang jelas adalah bahwa masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia secara alami tidak berubah. Masalah-masalah itu adalah masalah yang sama yang telah muncul sejak penciptaan manusia, kehidupan dan alam semesta.
Namun, yang berubah adalah alat-alat yang dipakai manusia untuk memecahkan masalah dalam hidupnya; sedikit contoh saja sudah cukup untuk memberikan gambaran atas masalah ini. Di masa lalu manusia hidup di rumah yang sangat primitif; sekarang kita melihat gedung-gedung pencakar langit dan semacamnya yang mendominasi kehidupan masyarakat kota, tapi kita masih perlu rumah dan atap.
Di masa lalu, Rosulullah SAW mengirimkan utusan dengan mengendarai kuda untuk dikirimkan pada para penguasa; saat ini sebuah pesan bisa dikirim lewat e-mail, IM, fax atau SMS. Rosulullah SAW dan para sahabat ikut dalam banyak pertempuran dengan mengendarai kuda, memakai busur dan panah; sekarang masih terjadi peperangan tapi dengan memakai teknologi ‘pintar’- rudal jelajah dan satelit mata-mata. Di masa lalu, kaum muslimin mempelajari astronomi sehingga mereka dapat menemukan lokasi kiblat kemanapun mereka pergi; saat ini arloji elektronik bisa melakukan hal yang sama. Landasan intinya adalah bahwa contoh-contoh itu menggambarkan bahwa manusia, dengan mempertimbangkan pada kebutuhannya, adalah manusia yang sama dan bahwa masalah yang mereka hadapi tidak berubah. Perubahan yang mungkin kita anggap ada adalah perubahan pada alat atau peralatan yang dipakai manusia ketika memecahkan masalahnya.
Titik yang nyata yang menyertai hal ini adalah karena teks-teks Islam berkaitan dengan manusia dan masalahnya, dan bukan peralatan yang dipakai untuk memecahkan masalah mereka, Syariah Islam masih relevan bagi manusia saat ini sebagaimana ketika ia mengangkat derajat orang Arab. Islam membolehkan semua benda (alat) dan tidak ada penentangan terhadap kemajuan pengetahuan dan teknologi sebagaimana yang ditunjukkan sejarah. Akibatnya seseorang tidak bisa mengklaim bahwa Islam perlu dimodernisir untuk bisa cocok dengan dunia modern atau beradaptasi dengan cara hidup Barat, sebegaimana yang dikatakan sebagian orang.

Contoh di bidang ekonomi
Salah satu contoh untuk menggambarkan kemampuan aplikasi Islam adalah pandangan Islam yang berkaitan dengan ekonomi. Islam meletakkan aturan dasar terhadap cara untuk mendapatkan kekayaan dan barang, bagaimana mereka dimanfaatkan dan cara mengaturnya. Islam memandang sumber daya alam sudah lebih dari cukup untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar seluruh manusia. Karena itu, bagi sekelompok orang, mereka akan menemukan bahwa Syariah bertujuan untuk memastikan pemenuhan semua kebutuhan dasar dengan lengkap (makanan, pakaian dan perumahan) bagi tiap orang dalam Daulah Khilafah.
Sistim ekonomi Islam dibangun berdasarkan tiga prinsip:
1. Kepemilikan
2. Pengaturan kepemilikan
3. Distribusi kekayaan diantara rakyat
Untuk memudahkan cara mendapatkan barang dan jasa, Islam memberikan aturan-aturan yang berkaitan dengan cara mendapatkan kekayaan tanpa ada kesulitan. Islam mendefinisikan cara-cara kepemilikan dengan cara yang legal, dan Islam mendefinisikan perjanjian-perjanjian melalui mana kepemilikan bisa terjadi. Ini memberikan ruang bagi manusia untuk mengembangkan gaya dan cara bagaimana mereka mendapat uang, karena Islam tidak ikut campur dalam hal produksi kekayaan. Islam mendefinisikan aturan-aturan hukum kepemilikan dan perjanijian-perjanjian dalam kerangka acuan umum yang mencakup prinsip-prinsip hukum dan aturan, dimana banyak masalah yang menjadi bagian dan berlawanan dengannya ditentukan oleh qiyas (deduksi analogi) .
Islam membolehkan cara mempekerjakan orang, memberikan detil rinciannya dan membiarkan manusia untuk bisa bekerja sebagai seorang produsen barang, teknisi, pedagang, investor dll. Cara mempekerjakan orang diatur sedemikian rupa hingga qiyas (analogi) juga mencakup perwakilan. Ini dikarenakan sang pekerja mewakili majikan dari suatu perusahaan dan berhak memperoleh gaji. Pemberian hadiah diatur sesuai dengan aturan pemilikan yang syah dan dengan qiyas hal ini dapat diperluas hingga mencakup sumbangan, hibah, sedekah dan pemberian sebagai cara kepemilikan. Karenannya, dalam Islam cara kepemilikan dan perjanjian-perjanjian diatur dengan rinci oleh Syariah secara garis besar dan dimulai sedemikian rupa agar mencakup hal-hal yang terjadi saat ini. Islam membatasi kepemilikan hingga pada cara-cara khusus dan akibatnya kepemilikan didefinisikan oleh Syariah sebagai kepemilikan barang, jasa dan kekayaan menurut cara-cara yang dibolehkan oleh Sang Pemberi Hukum.
Shariah telah menentukan cara-cara kepemilikan dengan keadaan tertentu, dalam bentuk yang jelas dan terbatas dan bukan tidak terlarang. Shariah telah menentukan cara-cara itu dengan pedoman yang jelas. Pedoman itu terdiri dalam banyak bagian, yang merupakan cabang-cabang dari cara kepemilikan itu dan penjelasan aturan-aturan tersebut. Shariah tidak menggolongan cara-cara itu dalam kriteria umum tertentu, sedemikian rupa hingga tidak ada cara lain yang bisa termasuk melalui qiyas. Islam membolehkan kerja yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan gaji karena ini dianggap suatu cara yang jelas dari kepemilikan dan kondisi inti dari masalah ini adalah bahwa orang itu mendapatkan kompensasi dari hasil usahanya itu dengan mendapat bayaran untuk kerja yang dilakukannya. Islam membolehkan untuk mengolah tanah, perkebunan maupun apa yang dikenal sebagai agrikultur. Ia membolehkan untuk mengambil apa yang ada di dalam maupun di atas permukaan bumi, yang berarti pertambangan, eksplorasi maupun konstruksi. Di bawah pedoman umum ini anda juga mendapatkan di dalamnya hal seperti berburu, calo maupun bertani dengan cara bagi hasil. Tiap-tiap bagian itu dapat digali lebih lanjut melalui qiyas.
Dengan melihat aturan agama yang berasal dari Syariah itu yang membolehkan manusia untuk memperoleh kekayaan, maka menjadi jelas bahwa cara-cara kepemilikan dalam Islam adalah terbatas, yang mencakup:
1. Bekerja
2. Warisan
3. Memperoleh harta agar bisa hidup
4. Negara memberikan harta bagi penduduknya
5. Kekayaan dan barang yang diambil seseorang tanpa perlu pertukaran (hadiah, sumbangan, dan semacamnya)
Tidak bisa dikatakan bahwa Islam adalah terbatas dan menghindari aktivitas ekonomi karena ia memiliki aturan-aturan yang baku yang tidak bisa dikembangkan menurut waktu sesuai dengan meningkatnya kegiatan ekonomi dan berubah dikarenakan penemuan-penemuan teknologi baru.
Ini dikarenakan manusia ingin memiliki barang-barang untuk bisa bertahan hidup. Islam memperjelas cara-cara yang bisa dan tidak bisa dilakukan dan banyak dari cara itu yang tidak bisa dilakukan dan diperluas menurut realitas yang baru melalui qiyas. Kepemilikan benda akan meningkat, menurun dan berubah karenanya tidak perlu adanya transaksi-transaksi dan perjanjian-perjanjian baru, karena masalahnya adalah bahwa kelima cara kepemilikan tadi itu bisa diterima. Cara-cara perolehan itu telah diletakkan dan dibicarakan sebelumnya dan dapat dipakai selamanya, karena itu tidak terbatas pada kurun waktu tertentu.

Bidang Sains dan Teknologi
Sejarah Islsm penuh dengan contoh-contoh dari kaum muslimin yang mengembangkan teknik dan teknologi, yang dipakai dan digabungkan dengan banyak peradaban lain. Adalah Islam yang mendorong banyak kaum muslimin untuk bisa menonjol dalam banyak disiplin ilmu yang mencakup dari mulai ilmu pengetahuan, hortikultura hingga bidang medis.
Suatu hadis Nabi Muhammad SAW, yang menyebutkan “Allah menciptakan obat bagi tiap penyakit,” menjadi faktor yang memotivasi banyaknya perkembangan di bidang medis di masa lalu. Ini mengakibatkan perkembangan optalmologi (ilmu perawatan mata) di abad ke 10 hingga 13. Para ahli mata muslim banyak melakukan operasi, pembedahan, penemuan, dan menulis penemuan-penemuan mereka dalam buku pelajaran dan karangan ilmiah.
Hal ini juga yang mengakibatkan perkembangan buku-buku pedoman yang berjilid-jilid, yang banyak diantaranya diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Satu diantaranya adalah ‘Qanun’ karangan Ibnu Sina, yang hingga hari ini masih tetap menjadi rujukan utama; dan dia memasukkan banyak istilah Arab ke dalam bidang itu. Perkembangan lain adalah perkembangan rumah sakit yang pertama di dunia, yang didirikan di Kairo tahun 872 M. Rumah sakit yang bernama Rumah Sakit Ahmad ibnu Tûlûn itu merawat dan memberikan pengobatan gratis bagi semua pasiennya. Ia juga memberikan ruang mandi terpisah untuk laki-laki dan perempuan, sebuah perpustakaan dengan koleksi yang banyak dan sebuah bagian untuk orang sakit mental. Semua perkembangan itu terjadi dikarenakan sebuah hadis yang memotivasi ribuan orang untuk mendapatkan pengobatan yang diberikan Allah SWT karena Rahman-nya yang diberikan pada kita.
Dalam masalah yang terjadi di dunia modern, Islam mampu memberikan solusi atas berbagai masalah karena ayat-ayat dalam Islam bersifat umum. Karena itu, Qur’an bisa diterapkan dalam berbagai kejadian. Dalam Islam hal ini mungkin, karena banyak dari aturan itu berada pada lingkp yang umum hingga banyak aturan yang bisa ditarik darinya. Karenannya, Islam cukup bisa menampung dan memberikan respon bagi semua hal baru, namun banyak dari hal-hal itu yang muncul sesuai berjalannya waktu. Contoh dari hal ini berkaitan dengan warisan:
“Allah mensyari’atkan bagimu tentang (harta waris) untuk anak-anakmu: bagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang anak perempuan; dan jika (anak-anak) itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan.” (Q Surat An-Nisa:11)
Kami memahami bahwa anak laki-laki mendapat bagian dua kali lipat dari apa yang diperoleh oleh anak perempuan.
Kami juga memahami bahwa anak dari anak laki-laki itu (cucu) juga dianggap sebagai anak dalam kasus dimana tidak ada anak-anak yang masih hidup, karena cucu termasuk dalam kata ‘cucu’.
Ini tidak seperti haknya pada anak dari anak perempuan, yang tidak diperlakukan seperti anak dari anak laki-laki dimana tidak ada anak-anak yang masih hidup. Ini menjadi demikian karena anak dari anak perempuan secara bahasa dalam bahasa Arab untuk kata ‘anak-anak’.
Kami memahami bahwa bahwa jika anak-anak adalah perempuan, dan jumlahnya lebih dari dua, maka mereka berbagi dua pertiga dari harta warisan. Nabi Muhammad SAW memberikan dua anak perempuan sama dengan yang jumlahnya lebih dari dua. Jadi aturan yang berkaitan dengan dua orang perempuan sama dengan aturan lebih dari dua orang perempuan.
Ketika berkaitan dengan pandangan awal Islam atas teknologi adalah bahwasanya semua benda dibolehkan namun pemakaiannya dibatasi, karena semua tindakan memerlukan penjelasan dari Shariah. Contohnya adalah Rudal Balistik Antarbenua (ICBM) dibolehkan dalam Islam. Namun pemakaiannya memerlukan pengetahuan dari aturan dalam Syariah. ICBM dapat dipakai untuk alasan-alasan dari mulai dijadikannya sebagai alat pencegah serangan musuh hingga pembunuhan penduduk sipil yang tidak berdosa yang dilarang dalam Islam. Islam membolehkan studi dan penggunaan obat-obatan, teknik, matematika, astronomi, kimia, fisika, agrikultur, industri, komunikasi termasuk juga internet dan pengetahuan navigasi dan geografi. Termasuk di dalamnya apa-apa yang diakibatkan darinya seperti industri, peralatan, mesin dan pabrik. Juga termasuk di dalamnya adalah industri, apakah itu militer atau bukan, dan industri berat seperti tank, pesawat terbang, roket, satelit, teknologi nuklir, bom hydrogen, elektronik atau kimia, traktor, gerbong, kereta, kapal uap. Termasuk juga industri konsumsi dan senjata ringan dan pabrik peralatan laboratorium, peralatan medis, peralatan pertanian, furniture, karpet dan produk konsumsi seperti TV, DVD, dan Sony Playstation dll. Hal-hal yang digambarkan di sini adalah bahwa semua benda yang kita kenal di masa lalu, saat ini dan masa dating adalah diperbolehkan tanpa pembatasan kecuali jika Shariah memberikan bukti yang ada untuk melarangnya, dan ini hanya terbatas pada sejumlah kecil benda.
Jadi Islam membolehkan teknologi karena semua benda pada dasarnya adalah diperbolehkan(ibahah) . Islam melarang hak milik intelektual dan akibatnya bahwa sesuatu seperti hak paten dan hak cipta, merupakan kepemilikan dalam Islam dan orang bisa memiliki secara penuh dan tidak memakai sebuah barang atau jasa. Islam membolehkan cloning tanaman dan hewan namun Islam melarang cloning manusia dikarenakan akan hilangnya pertalian keluarga dan garis keturunan. Islam tentu saja dapat sesuai dengan semua hal yang ada dalam dunia modern dikarenakan sifat alami dari teks-teks Islam. Karena itu Pembuahan melalui bayi tabung, In Vitro Fertalisation (IVF), digunakan dengan memakan aturan-aturan pada pertalian keluarga dan dibolehkannya mencari pengobatan medis. Bukti-bukti umum untuk mencari pengobatan dikaitkan dengan adanya dukungan mesin-mesin penopang kehidupan. Persenjataan canggih dikaitkan dengan bolehnya secara umum untuk memiliki benda-benda.
Secara genetis, makanan yang dimodifikasi dikaitkan dengan aturan untuk perbaikan kualitas tanaman dan makanan. Penicilin dikaitkan dengan aturan-aturan yang mendorong ditemukannya pengobatan untuk berbagai penyakit. Struktur double-helix DNA dikaitkan dengan aturan umum untuk mencari pengobaran, teknologi nuklir dikaitkan dengan banyaknya aturan yang mengindikasikan dipersiapkannya alat pencegah dan kebolehan secara umum untuk memiliki benda-benda. Dan E-commerce dikaitkan dengan aturan yang membolehkan penggunaan benda-benda sivilisasi.
Ringkasnya, teks-teks syariah (Quran dan Hadis) adalah mengandung pemikiran yang mendalam, yang memiliki cakupan yang paling luas untuk generalisasi dan adalah lahan yang paling subur untuk menanam prinsip-prinsip umum. Didalamnya juga ada teks-teks hukum bagi orang-orang dan bangsa-bangsa yang berbeda. Ini dikarenakan teks-teks itu mencakup semua jenis hubungan, apakah itu diantara individu, negara dan penduduknya, atau antar negara dan bangsa. Namun bagaimanapun baru dan beraneka ragamnya hubungan ini, pemikiran baru dapat ditarik dari teks-teks Syariah. Islam memiliki cakupan yang paling luas bagi generalisasi dan interpretasi yang dapat dilihat dari tata bahasa, kalimat, kata, gaya penyampaian yang mencakup kata (mantiq), arti (mafhum), indikasi (dalalah), alasan (ta’lil) dan qiyas (analogi) yang berdasarkan alasan Syariah (illah), yang membuat penarikan dalil menjadi mungkin , terus menerus dan mencakup banyak hal.
Hal ini memastikan Syariah untuk dapat mencakup segala hal, dan masalah sepanjang waktu. Untuk menjadi ladang yang subur untuk menanam prinsip-prinsip umum penanaman ide, ini dikarenakan banyaknya arti yang terkandung dalam teks-teks itu. Ini juga dikarenakan Qur’an dan Hadis diturunkan dalam pedoman yang luas dan umum walaupun memfokuskan pada detil sesuatu. Sifat alami dari pedoman umum ini adalah bahwa teks-teks itu memberikan Qur’an
Dan Hadis arti umum dimana isu bersama dan detil dapat termasuk dan dari situ muncullah banyak arti umum. Arti-arti umum itu mengandung isu-isu nyata dan dapat dipertimbangkan dan bukan dugaan. Pada saat yang sama teks-teks itu diturunkan untuk memecahkan semua masalah kemanusiaan, dan bukan hanya individu tertentu. Sedemikian rupa, hingga ada gia ratus prinsip-prinsip umum (qawa’id ‘aammah). (Riza Aulia ; sumber www.khilafah.com)

SI TUKANG KAYU

Seorang tukang kayu tua bermaksud pensiun dari
pekerjaannya di sebuah perusahaan konstruksi real
estate. Ia menyampaikan keinginannya tersebut pada
pemilik perusahaan. Tentu saja, karena tak bekerja,
ia akan kehilangan penghasilan bulanannya, tetapi
keputusan itu sudah bulat. Ia merasa lelah. Ia ingin
beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan
penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya.

Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah
seorang pekerja terbaiknya. Ia lalu memohon pada
tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah
untuk dirinya.

Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi
pemilik perusahaan itu. Tapi, sebenarnya ia merasa
terpaksa. Ia ingin segera berhenti. Hatinya tidak
sepenuhnya dicurahkan. Dengan ogah-ogahan ia
mengerjakan proyek itu. Ia cuma menggunakan
bahan-bahan sekedarnya.

Akhirnya selesailah rumah yang diminta. Hasilnya
bukanlah sebuah rumah baik. Sungguh sayang ia harus
mengakhiri kariernya dengan prestasi yang tidak
begitu mengagumkan.

Ketika pemilik perusahaan itu datang melihat rumah
yang dimintanya, ia menyerahkan sebuah kunci rumah
pada si tukang kayu.
"Ini adalah rumahmu," katanya, "hadiah dari kami."

Betapa terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu dan
menyesalnya. Seandainya saja ia mengetahui bahwa ia
sesungguhnya mengerjakan rumah untuk dirinya
sendiri, ia tentu akan mengerjakannya dengan cara
yang lain sama sekali. Kini ia harus tinggal di
sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil karyanya
sendiri.

Itulah yang terjadi pada kehidupan kita. Kadangkala,
banyak dari kita yang membangun kehidupan dengan cara
yang membingungkan. Lebih memilih berusaha ala
kadarnya ketimbang mengupayakan yang baik. Bahkan,
pada bagian-bagian terpenting dalam hidup kita tidak
memberikan yang terbaik. Pada akhir perjalanan kita
terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan dan
menemukan diri kita hidup di dalam sebuah rumah yang
kita ciptakan sendiri.

Seandainya kita menyadarinya sejak semula kita akan
menjalani hidup ini dengan cara yang jauh berbeda.

Renungkan bahwa kita adalah si tukang kayu. Renungkan
rumah yang sedang kita bangun. Setiap hari kita
memukul paku, memasang papan, mendirikan dinding dan
atap. Mari kita selesaikan rumah kita dengan
sebaik-baiknya seolah-olah hanya mengerjakannya
sekali saja dalam seumur hidup. Biarpun kita hanya
hidup satu hari, maka dalam satu hari itu kita pantas
untuk hidup penuh keagungan dan kejayaan.

Apa yang bisa diterangkan lebih jelas lagi.

Hidup kita esok adalah akibat sikap dan pilihan yang
kita perbuat hari ini. Hari perhitungan adalah milik
Tuhan, bukan kita, karenanya pastikan kita pun akan
masuk dalam barisan kemenangan.

"Hidup adalah proyek yang kau kerjakan sendiri".

Bagikanlah renungan ini kepada sahabat dan teman-teman
anda, niscaya kebajikan dan hikmat akan kembali jua
kepada kebaikan yang Anda bagikan.


Regards,


Agus Wahyudin

Telaga Hati

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi,
datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah.
Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Pemuda itu, memang tampak
seperti orang yang tak bahagia. Pemuda itu menceritakan semua
masalahnya. Pak Tua yang bijak mendengarkan dengan seksama. Beliau lalu
mengambil segenggam garam dan segelas air. Dimasukkannya garam itu ke
dalam gelas, lalu diaduk perlahan.

"Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya," ujar Pak tua itu.
"Asin. Asin sekali," jawab sang tamu, sambil meludah kesamping.

Pak Tua tersenyum kecil mendengar jawaban itu. Beliau lalu mengajak sang
pemuda ke tepi telaga di dekat tempat tinggal Beliau. Sesampai di tepi
telaga, Pak Tua menaburkan segenggam garam ke dalam telaga itu. Dengan
sepotong kayu, diaduknya air telaga itu.

"Coba, ambil air dari telaga ini dan minumlah." Saat pemuda itu selesai
mereguk air itu, Beliau bertanya, "Bagaimana rasanya?" "Segar," sahut
sang pemuda.
"Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?" tanya Beliau lagi.
"Tidak," jawab si anak muda.

Dengan lembut Pak Tua menepuk-nepuk punggung si anak muda. "Anak muda,
dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam tadi, tak
lebih dan tak kurang. Jumlah garam yang kutaburkan sama, tetapi rasa air
yang kau rasakan berbeda. Demikian pula kepahitan akan kegagalan yang
kita rasakan dalam hidup ini, akan sangat tergantung dari wadah yang
kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita
meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi,
saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu
hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya.
Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu."

Beliau melanjutkan nasehatnya.
"Hatimu adalah wadah itu.
Perasaanmu adalah tempat itu.
Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan
hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam
setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan."
=========================================== Pohon Tua

Suatu ketika, di sebuah padang, tersebutlah sebatang pohon rindang.
Dahannya rimbun dengan dedaunan. Batangnya tinggi menjulang. Akarnya,
tampak menonjol keluar, menembus tanah hingga dalam. Pohon itu, tampak
gagah di banding dengan pohon-pohon lain di sekitarnya.

Pohon itupun, menjadi tempat hidup bagi beberapa burung disana. Mereka
membuat sarang, dan bergantung hidup pada batang-batangnya.
Burung-burung itu membuat lubang, dan mengerami telur-telur mereka dalam
kebesaran pohon itu. Pohon itupun merasa senang, mendapatkan teman, saat
mengisi hari-harinya yang panjang.

Orang-orang pun bersyukur atas keberadaan pohon tersebut. Mereka kerap
singgah, dan berteduh pada kerindangan pohon itu. Orang-orang itu sering
duduk, dan membuka bekal makan, di bawah naungan dahan-dahan. "Pohon
yang sangat berguna," begitu ujar mereka setiap selesai berteduh.
Lagi-lagi, sang pohon pun bangga mendengar perkataan tadi.

Namun, waktu terus berjalan. Sang pohon pun mulai sakit-sakitan.
Daun-daunnya rontok, ranting-rantingnya pun mulai berjatuhan. Tubuhnya,
kini mulai kurus dan pucat. Tak ada lagi kegagahan yang dulu di
milikinya.Burung-burung pun mulai enggan bersarang disana. Orang yang
lewat, tak lagi mau mampir dan singgah untuk berteduh.

Sang pohon pun bersedih. "Ya Tuhan, mengapa begitu berat ujian yang Kau
berikan padaku? Aku butuh teman. Tak ada lagi yang mau mendekatiku.
Mengapa Kau ambil semua kemuliaan yang pernah aku miliki?" begitu ratap
sang pohon, hingga terdengar ke seluruh hutan. "Mengapa tak Kau
tumbangkan saja tubuhku, agar aku tak perlu merasakan siksaan ini?" Sang
pohon terus menangis, membasahi tubuhnya yang kering.

Musim telah berganti, namun keadaan belumlah mau berubah. Sang pohon
tetap kesepian dalam kesendiriannya. Batangnya tampak semakin kering.
Ratap dan tangis terus terdengar setiap malam, mengisi malam-malam
hening yang panjang.
Hingga pada saat pagi menjelang.

"Cittt...cericirit...cittt" Ah suara apa itu?
Ternyata, ada seekor anak burung
yang baru menetas. Sang pohon terhenyak dalam lamunannya.
"Cittt...cericirit...cittt," suara itu makin keras melengking. Ada lagi
anak burung yang baru lahir. Lama kemudian, riuhlah pohon itu atas
kelahiran burung-burung baru. Satu... dua... tiga... dan empat anak
burung lahir ke dunia. "Ah, doaku di jawab-Nya," begitu seru sang pohon.

Keesokan harinya, beterbanganlah banyak burung ke arah pohon itu.
Mereka, akan membuat sarang-sarang baru. Ternyata, batang kayu yang
kering, mengundang burung dengan jenis tertentu tertarik untuk mau
bersarang disana. Burung-burung itu merasa lebih hangat berada di dalam
batang yang kering, ketimbang sebelumnya. Jumlahnyapun lebih banyak dan
lebih beragam. "Ah, kini hariku makin cerah bersama burung-burung ini",
gumam sang pohon dengan berbinar.

Sang pohon pun kembali bergembira. Dan ketika dilihatnya ke bawah,
hatinya kembali membuncah. Ada sebatang tunas baru yang muncul di dekat
akarnya. Sang Tunas tampak tersenyum. Ah, rupanya, airmata sang pohon
tua itu, membuahkan bibit baru yang akan melanjutkan pengabdiannya pada
alam.

***

Teman, begitulah. Adakah hikmah yang dapat kita petik disana? Allah
memang selalu punya rencana-rencana rahasia buat kita. Allah, dengan
kuasa yang Maha Tinggi dan Maha Mulia, akan selalu memberikan
jawaban-jawaban buat kita. Walaupun kadang penyelesaiannya tak selalu
mudah di tebak, namun, yakinlah, Allah Maha Tahu yang terbaik buat kita.

Saat dititipkan-Nya cobaan buat kita, maka di saat lain, diberikan-Nya
kita karunia yang berlimpah. Ujian yang sandingkan-Nya, bukanlah harga
mati.Bukanlah suatu hal yang tak dapat disiasati. Saat Allah memberikan
cobaan pada sang Pohon, maka, sesungguhnya Allah, sedang MENUNDA
memberikan kemuliaan-Nya. Allah tidak memilih untuk menumbangkannya,
sebab, Dia menyimpan sejumlah rahasia. Allah, sedang menguji kesabaran
yang dimiliki.

Teman, yakinlah, apapun cobaan yang kita hadapi, adalah bagian dari
rangkaian kemuliaan yang sedang dipersiapkan-Nya buat kita. Jangan putus
asa,jangan lemah hati. Allah, selalu bersama orang-orang yang sabar.
======================================= Putri Qara


Diceritakan bahwa Putri Qara adalah istri saudagar kaya Amenhotep,
berasal dari keluarga sederhana, tapi pintar, bijaksana dan berbudi
pekerti yang baik. Karena ia berasal dari keluarga yang lebih miskin
dibanding dengansuaminya, ia sering diperlakukan dengan tidakselayaknya,
sampai suatu hari ia dan suaminya pergi ke desa nelayan dan melihat ada
seorang nelayan yang miskin dan istrinya. Nelayan tersebut sangat miskin
dan bahkan untuk membeli jala yang baru untuk mengganti jalanya yang
robek pun ia tidak mampu. Istri nelayan tersebut adalah orang yang
pemboros, malas dan suka berjudi, seluruh penghasilan suaminya
digunakannya untuk berfoya-foya.

Melihat kenyataan seperti itu, Putri Qara berkata kepada suaminya, bahwa
seharusnya istri nelayan tersebut membantu memperbaiki jala suaminya.
Amenhotep, menentang pendapat istrinya, mereka berdebat, sehingga
Amenhotep marah dan kemudian memanggil nelayan miskin tersebut.Amenhotep
menukarkan Putri Qara dengan istri nelayan tersebut.

Putri Qara sedih karena terhina, suaminya
memperlakukan seolah-olah dia
adalah barang yang bisa dipertukarkan semaunya. Sang nelayan tertegun
dan tidak berani membantah, karena Amenhotep terkenal kejam dan sadis
karena kekayaannya.

Putri Qara rajin membantu suaminya yang baru dalam bekerja. Karena
kepandaian dan kebijaksanaan Putri Qara, lambat laun sang nelayan
menjadi kaya. Sampai suatu ketika ada seorang tua dengan baju
compang-camping dan tidak terurus datang ke rumah Putri Qara, pelayan
dirumah tersebut mengenalinya sebagai Amenhotep. Amenhotep kemudian
melepas terompahnya dan meletakkan di meja kecil di sudut rumah Putri
Qara. Oleh pelayan, terompah tersebut diberikan pada Putri Qara dan
menceritakan kondisi pemiliknya, sang Putri mengenali terompah tersebut
dan memerintahkan pelayannya untuk memberikan pada Amenhotep baju baru,
terompah baru dan 3 keping uang emas ditambah pesan : aku tidak diwarisi
kekayaan tetapi budi pekerti, kebijaksanaa dan kemauan untuk bekerja.

Amenhotep menerima pemberian itu dengan penyesalan akan tindakannya di
masa lalu, karena egonya dia menukar istrinya yang baik dan bijaksana
dengan seorang wanita yang hanya bisa menghamburkan hartasuaminya.

Cerita tersebut sederhana, tapi menyentuh karena ternyata begitu besar
pengaruh seorang istri untuk suaminya.

Oleh karenanya, hai wanita dampingi dan dukunglah pria dengan bijaksana,
dan hai pria perlakukanlah wanita dengan penuh kasih, karena pada setiap
pria yang sukses pasti terdapat seorang wanita yang mendukungnya dengan
bijaksana.

Bahaya Ideologi Transnasional

Bahaya Ideologi Transnasional
Menarik mencermati pendapat Ketua Umum PBNU, KH Hasyim Muzadi, bahwa gerakan politik transnasional telah membuat NKRI menjadi tempat ‘bal-balan” (main bola) pihak asing yang menghasilkan konflik lintas agama, interen Islam dan separatisme dan lain-lain di Indonesia (Republika, 7 Juli 2007). Lebih lanjut ia menyatakan, gerakan politik semacam ini telah menurunkan kredibilitas Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam menjaga kedaulatan dan perlindungan rakyat (NU Online, 9 Juli 2007).
Sebelumnya pengasuh Pesantren Mahasiswa Al-Hikam, Malang, Jawa Timur itu mengusulkan agar pemerintah ’memotong’ masuknya ideologi transnasional itu, sebab katanya, liberalisme dari Barat maupun Islam ideologis dari Timur sama-sama merusak.

Ideologi Transnasional, Tak Terelakan
Persentuhan Indonesia dengan ideologi transnasional adalah hal yang tak terelakan. Bukan hanya ideologi, Indonesia juga bersentuhan dengan hal lain baik itu berupa agama, seni, budaya, bahasa, bahkan juga makanan yang bersifat transnasional. Lima agama yang diakui (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha) juga Konghu Cu, semuanya berasal dari luar Indonesia. Makanan seperti bakso, bakmi dan sejenisnya aslinya dari Cina. Istilah kertas, kursi, rakyat, majelis, dewan, perwakilan, keadilan dan sebagainya merupakan serapan dari bahasa Arab. Diskotik, nite-club, musik rock, dan sejenisnya jelas dari Barat. Termasuk pula gagasan-gagasan sistem politik seperti demokrasi, bahkan istilah republik juga berasal dari Barat.
Posisi geografis Indonesia yang berada di persilangan dua benua dan dua samudera, yang membuat arus orang dan informasi mengalir deras, memang sangat memungkinkan hal itu terjadi. Maka tidak heran bila banyak unsur transnasional yang masuk dan mewarnai perikehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya Indonesia. Tak berlebihan bila dikatakan cukup sulit untuk mencari sosok ‘Indonesia yang benar-benar asli Indonesia”. Setiap kita menyebutkan satu ’tradisi’ di Indonesia, hampir pasti ia memiliki akar ke budaya luar atau setidaknya dipengaruhi unsur luar Indonesia.
Bukan soal posisi geografis yang membuat Indonesia menjadi tempat hampiran semua agama dan ideologi transnasional, tapi lebih karena semua agama dan ideologi itu memang memiliki watak ekspansif dan karenanya akan berkembang menjadi sesuatu yang bersifat transnasional. Berkembangnya agama-agama ke berbagai wilayah jauh diluar tempat lahirnya, juga sejarah perkembangan imperialisme dan kolonialisme Barat dan komunisme di berbagai negara, termasuk Indonesia, membuktikan hal itu.
Masuknya Islam ke Indonesia juga tidak bisa dilepaskan dari watak ’transnasional’ Islam. Adalah Sultan Muhammad I dari kekhilafahan Utsmani yang pada tahun 808H/1404M pertama kali mengirim para ulama (kelak dikenal sebagai Walisongo) untuk berdakwah ke pulau Jawa. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim - ahli tata pemerintahan negara dari Turki, Maulana Ishaq dari Samarqand yang dikenal dengan nama Syekh Awwalul Islam, Maulana Ahmad Jumadil Kubra dari Mesir, Maulana Muhammad al-Maghrabi dari Maroko, Maulana Malik Israil dari Turki, Maulana Hasanuddin dari Palestina, Maulana Aliyuddin dari Palestina, dan Syekh Subakir dari Persia. Periode berikutnya, antara tahun 1421-1436 M datang tiga ulama ke Jawa menggantikan yang wafat. Mereka adalah Sayyid Ali Rahmatullah putra Syaikh Ibrahim dari Samarkand (yang dikenal dengan Ibrahim Asmarakandi) dari ibu Putri Raja Campa-Kamboja (Sunan Ampel), Sayyid Ja’far Shadiq dari Palestina (Sunan Kudus), dan Syarif Hidayatullah dari Palestina cucu Raja Siliwangi Pajajaran (Sunan Gunung Jati). Mulai tahun 1463M makin banyak ulama keturunan Jawa yang menggantikan yang wafat atau pindah tugas. Mereka adalah Raden Paku (Sunan Giri) putra Maulana Ishaq dengan Dewi Sekardadu, putri Prabu Menak Sembuyu, Raja Blambangan; Raden Said (Sunan Kalijaga) putra Adipati Wilatikta Bupati Tuban; Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang); dan Raden Qasim Dua (Sunan Drajad) putra Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati, putri Prabu Kertabumi Raja Majapahit (Rahimsyah, Kisah Wali Songo, tanpa tahun, Karya Agung, Surabaya).
Keeratan hubungan khilafah Utsmani dan umat Islam di Nusantara digambarkan oleh Snouck Hourgroye, “Di kota Makkah inilah terletak jantung kehidupan agama kepulauan Nusantara, yang setiap detik selalu memompakan darah segar ke seluruh penduduk muslimin di Indonesia.” Bahkan pada akhir abad 20, Konsul Turki di Batavia membagi-bagikan al-Quran atas nama Sultan Turki. Di Istambul juga dicetak tafsir al-Quran berbahasa Melayu karangan Abdur Rauf Sinkili yang pada halaman depannya tertera “dicetak oleh Sultan Turki, raja seluruh orang Islam”. (Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda, 1986).
Watak transnasional ini wajar saja mengingat Islam memang agama bagi seluruh manusia di dunia (rahmatan lil ‘alamin). Organisasi Islam di Indonesia pun tidak bisa dilepaskan dari ciri ’transnasional’-nya. Sebagian pendiri organisasi Islam di Indonesia seperti KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan, juga ribuan ulama lainnya belajar di Timur Tengah. Bisa dipahami, sebab pusat Islam sejak kelahiran hingga zaman keemasannya memang ada di Timur Tengah.
Oleh karena itu, membicarakan ideologi semestinya bukan pada apakah ia berasal dari luar atau tidak; transnasional atau bukan karena faktanya semua ideologi yang ada memang bersifat transnasional. Tapi yang lebih penting adalah apakah ideologi itu membawa kemashlahatan atau kebaikan bagi rakyat atau tidak. Secara historis, “ideologi” Islam memang pernah berjalan di Indonesia. Ini ditandai dengan keberadaan kesultanan-kesultanan di berbagai wilayah yang menerapkan syariah Islam secara praktis. Menurut A.C Milner, Aceh dan Banten merupakan kesultanan Islam di Nusantara yang paling ketat melaksanakan hukum Islam sebagai hukum negara (Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Rajawali Press, 2005). Di kesultanan Demak sudah ada jabatan qadhi yang waktu itu dijabat oleh Sunan Kalijaga. Di bidang ekonomi, Sultan Iskandar Muda mengeluarkan kebijakan mengharamkan riba dan menetapkan penggunaan deureuham atau dirham sebagai mata uang Aceh yang pertama.

Ideologi Transnasional Berbahaya, yang Mana?
Bila secara historis Islam telah terbukti memberikan sumbangsih yang luarbiasa kepada negeri ini, termasuk dalam perlawanan terhadap penjajah Belanda melalui tokoh-tokoh seperti Pangeran Diponegoro, Tjut Nyak Dien, HOS Cokroaminoto dan lain-lainnya, lantas ideologi transnasional mana, yang berbahaya dan karenanya harus diwaspadai, yang dimaksud oleh Kyai Hasyim? Kita yakin, yang dimaksud bukanlah ideologi Islam. Sebab, bila itu yang dimaksud tentu tidak sesuai dengan fakta sejarah - sebagaimana dijelaskan di muka - maupun fakta kekinian.
Fakta yang ada sekarang membuktikan bahwa ideologi kapitalisme global yang juga memiliki watak transnasional, bukan sekedar dikhawatirkan akan mengancam, tapi malah benar-benar telah merusak dan mengobok-obok Indonesia. Kejahatan ideologi ini sudah dimulai sejak masa kolonialisme, dimana baik atas nama korporasi maupun negara (Barat), mereka menjajah dan mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia. Kerusakan yang ditimbulkan luar biasa besar. Bukan hanya merampas kekayaan alam, penjajah juga menistakan bahkan juga membunuh ribuan rakyat Indonesia. Maka tidak mengherankan bila masih lekat dalam memori hampir semua rakyat Indonesia, bahwa Belanda adalah negara penjajah.
Dengan perjuangan yang tak kenal menyerah, akhirnya Indonesia berhasil merdeka. Tapi ternyata, penjajahan tidaklah berhenti. Lepas dari penjajahan militer, Indonesia harus berhadapan dengan berbagai rekayasa untuk tetap berlangsungnya penjajahan ekonomi, budaya dan lainnya. Bung Karno menyebut neo-imperialisme. Kini, melalui perangkat institusi internasional seperti Bank Dunia, IMF, Pasar Bebas, penjajahan dalam bentuk lain terhadap Indonesia terus berlanjut. Hutang luar negeri dan investasi asing terbukti tidak sungguh-sungguh diberikan untuk membantu, tapi untuk tetap menjajah. Akibatnya, meski Indonesia sangat kaya, tapi penduduknya terpaksan harus hidup dalam kemiskinan miskin karena kekayaan alam yang melimpah itu (emas, migas, dan lainya) yang semestinya bisa dinikmati oleh rakyat malah dihisap oleh negara penjajah melalui perusahaan kaki tangannya di negeri ini.
Secara politik, Indonesia juga tidak luput dari cengkeraman hegemoni global negara-negara adi daya. Dulu, di masa perang dingin, Indonesia harus mengikuti strategi global Barat membendung komunisme. Setelah berakhir, Indonesia tetap harus tunduk pada negara Barat (AS dan sekutunya) dalam apa yang mereka sebut perang global melawan terorisme. Tidak jelas siapa yang dimaksud teroris karena apa yang mereka lakukan di Irak dan Afghanistan, juga di Palestina, sejatinya jauh lebih dahsyat daripada yang dilakukan oleh orang-orang yang mereka tuduh sebagai teroris. Bukan hanya itu, atas nama HAM, Demokrasi, dan Pluralisme, negara penjajah juga terus melakukan intervensi yang mendorong disintegrasi. Buah yang nyata adalah lepasnya Timor Timur. Bukan tidak mungkin, Papua, juga Aceh dan Ambon bakal menyusul. Tanda-tanda ke arah sana sangat nyata.
Sikap asal menolak ideologi transnasional adalah tidak tepat. Apalagi bila yang dimaksud adalah (ideologi) Islam. Sikap yang benar adalah bahwa kita harus menolak ideologi yang jelas-jelas telah menimbulkan kerusakan pada negeri ini; menyengsarakan rakyatnya dan bakal menghancurkan persatuannya. Itulah ideologi transnasional kapitalisme global yang dikomandani oleh AS. Kejahatan ideologi ini dengan sangat gamblang diuraikan oleh Vedi R Hadiz dalam Empire and Neoliberalism in Asia (2006). Intinya, AS semakin mengupayakan sebuah disain kebijakan berskala global, utamanya di bidang politik dan ekonomi, yang dapat memberikan jaminan bahwa dominasi atas planet ini tetap berada dalam genggaman AS, tidak peduli apakah kebijakan global itu menyengsarakan rakyat di banyak negara atau tidak.
Dengan demikian, menganggap ideologi Islam transnasional sebagai ancaman selain ahistoris, tapi juga tidak obyektif. Untuk Indonesia, justru penerapan syariah Islam-lah yang akan memperkuat bangsa dan negara ini, sebagaimana dahulu dengan semangat Islam juga para pejuang melawan penjajah. Penerapan syariat Islam tidak akan pernah membubarkan negara dan bangsa ini, justru akan memperkuatnya karena Indonesia merupakan bagian dari negeri Islam. Syariat Islam mengharamkan ada bagian dari negeri Islam yang akan memisahkan diri atau melakukan disintegrasi. Sejarah membuktikan justru Islamlah yang menjadi faktor utama mengapa bangsa Indonesia bisa bersatu hingga seperti sekarang ini. Upaya-upaya disintegrasi muncul bukan oleh dorongan semangat Islam, tetapi karena faktor lain di luar Islam. Sudah diketahui secara umum bahwa pihak-pihak asing memainkan peran penting untuk melepaskan Timor Timur dari Indonesia seperti yang sekarang juga mereka mainkan di Papua, Maluku, Poso, dan Aceh. Gejala disintegrasi semakin menguat ketika pemerintah juga gagal mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bagi rakyatnya, sementara dominasi asing di lapangan ekonomi dan politik makin menjadi-jadi. [Muhammad Ismail Yusanto; Jurubicara Hizbut Tahrir Indonesia]
Wallahu’alam bi al-shawab

BUDAYA ORGANISASI

Budaya organisasi adalah satu wujud anggapan yang dimiliki, diterima secara implicit oleh kelompok dan menentukan bagaimana kelompok tersebut rasakan, pikirkan , dan
bereaksi terhadap lingkungannya yang beraneka ragam. Budaya merefleksikan nilai-nilai dan keyakinan yang dimiliki oleh anggota organisasi. Nilai-nilai tersebut cenderung berlangsung dalam waktu lama dan lebih tahan terhadap perubahan.
Tujuan penerapan budaya organisasi adalah agar seluruh individu dalam perusahaan atau organisasi mematuhi dan berpedoman pada system nilai keyakinan dan norma-norma yang berlaku dalam perusahaan atau organisasi tersebut.
Menurut Taliziduhu Ndraha (1997:65) mengemukakan bahwa: “budaya organisasi sebagai input terdiri dari pendiri organisasi, pemilik organisasi, sumber daya manusia, pihak yang berkepentingan, dan masyarakat.
Ada tiga tingkatan dalam menganalisis budaya organisasi, yaitu:
1. Budaya organisasi yang tampak (observable culture)
2. Nilai-nilai yang dikontribusikan (shared values), dan
3. Asumsi-asumsi umum, seperti yang dikemukakan oleh John R.Schermerhorn, James G.Hunt, dan Richard N.Osborn (1991: 341)
Menurut Edgar H.Schein, tingkat pertama dari analisis budaya organisasi adalah fakta-fakta seni, ciptaan-ciptaan, teknologi, seni dan bentuk-bentuk perilaku yang tampak serta dapat didengar. Adapun tingkat analisis kedua adalah kesadaran terhadap nilai-nilai yang berlaku dan tingkat analisis ketiganya adalah asumsi-asumsi dasar, hubungan dengan lingkungan, kenyataan dan kebenaran, aktivitas manusia serta hubungan manusia.
BUDAYA ORGANISASI DAN UNSUR-UNSURNYA (At a Glance)
Pengertian Budaya Organisasi
Keith Davis dan John W.Newstrom (1989:60) mengemukakan bahwa: “ organizational culture is the set of assumptions, beliefs, values, and norm that is shared among its member ”. Lebih lanjutJohn R Schermerhorn dan James G. Hunt (1991:340) mengemukakan bahwa “ organizational culture is the system of shared beliefs and values that develops within an organization and guides the behavior of its member ”. Sedangkan Edgar h.Schein (1992: 21) berpendapat bahwa: “ An organization’s culture is a pattern of basic assumptions invented, discovered or developed by a given groups as it learns to cope with is problems of external adaptation and internal integration that has worked well enough to be considered valid and to be taugh to new members as the coorect way to perceive, think and feel in relation to these problems.
Menurut Vijay Sathe: “Budaya organisasi adalah seperangkat asumsi penting yang dimiliki bersama anggota masyarakat.
Berdasarkan pendapat tadi dapat disimpulkan bahwa pengertian budaya organisasi adalah seperangkat asumsi atau system keyakinan, nilai-nilai dan norma-norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal.
Karakteristik dan Unsur-unsur Budaya Organisasi
Fred Luthans (1989:50) berpendapat bahwa: “organizational culture has a member of important characteristics. Some of the most readily agreed upon are the following: observed behavioral regulities, norms, dominant, values, philosophy, and organizational climate”.
Stephen P.Robbins (1992:253) mengemukakan sebagai berikut: There appear to be ten characteristic that whwn mixed and mached, expose the essence of an organizations culture: individual initiative, risk tolerance, direction, integration, management support, control, identity, reward system, conflict tolerance and communication patterns”.
Berdasarkan pendapat Fred Luthans dan Stepen P. Robbins dapat dikemukakan bahwa pelaksanaan budaya organisasi dapat dikaji dari karakteristik budaya organisasi, yaitu:
1. Perilaku individu yang tampak.
2. Norma-norma yang berlaku dalam organisasi.
3. Nilai-nilai yang dominan dalam kehidupan organisasi.
4. Falsafah manajemen.
5. Peraturan-peraturan yang berlaku.
6. Iklim organisasi.
7. Inisiatif individu organisasi.
8. Toleransi terhadap resiko.
9. Pengarahan pimpinan/manajemen.
10. Integrasi kerja.
11. Dukungan manajemen.
12. Pengawasan kerja.
13. Identitas individu organisasi.
14. Sistem penghargaan terhadap prestasi kerja.
15. Toleransi terhadap konflik, dan
16. Pola komunikasi kerja.
Menurut Susanto, unsur-unsur budaya organisasi adalah: lingkungan usaha, nilai-nilai, kepahlawanan, upacara, dan jaringan cultural. Menurut Daniel R.Denison, unsure-unsur budaya organisasi, adalah: asumsi dasar, seperangkat nilai dan keyakinan yang dianut, pemimpin, pedoman mengatasi masalah, berbagai nilai pewarisan, acuan perilaku, citra dan brand yang khas, dan adaptasi.
Menurut Philiph Selnick, unsure-unsur budaya organisasi adalah: kumpulan orang, kerjasama, tujuan bersama, system koordinasi, pembagian tugas dan tanggungjawab, dan sumber daya organisasi. Sedangkan menurut Edgar H.Schein, unsure-unsur budaya organisasi adalah: Ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, modal, humum, adat-istiadat, perilaku/kebiasaan masyarakat, asumsi dasar, system nilai, pembelajaran, dan masalah adaptasi eksternal dan internal.
Fungsi Budaya Organisasi
Sebuah budaya organisasi memenuhi beberapa fungsi, yaitu:
1. Memberikan identitas organisasi kepada karyawan. Sebagai contoh adalah mempromosikan inovasi yang memburu pengembangan produk baru. Identitas ini didukung dengan mengadakan penghargaan yang mendorong inovasi.
2. Memudahkan komitmen kolektif. Dimana para karyawan bangga menjadi bagian dari organisasi.
3. Mempromosikan stabilitas system social. Stabilitas system social mencerminkan taraf dimana lingkungan kerja dirasakan positif dan mendukung, dan konflik serta perubahan diatur dengan efektif. Organisasi juga berusaha meningkatkan stabilitas melalui budaya promosi dari dalam.
Menurut John R.Schemerhorn dan James G.Hunt (1991:344) bahwa: “The culture of an organization can help it deal with problems of both external adaption and internal integration”.
Tipe Budaya Organisasi
Terdapat tiga tipe umum budaya organisasi, yaitu: konstruktif, pasif-defensif, dan agresif-defensif. Setiap tipe berhubungan dengan seperangkat keyakinan normative yang berbeda.
Keyakinan normative mencerminkan pemikiran dan keyakinan individual mengenai bagaimana anggota dari sebuah kelompok atau organisasi tertentu diharapkan menjalankan tugasnya dan berinteraksi dengan orang lain.
Pasif-defensif adalah keyakinan yang berciri memungkinkan karyawan berinteraksi dengan karyawan lainnya dengan cara yang tidak mengancam keamanan kerjanya sendiri.
Budaya agresif-defensif mendorong karyawannya untuk mengerjakan tugasnya dengan keras untuk melindungi keamanan kerja dan status mereka. Tipe budaya ini bercirikan keyakinan normative yang berhubungan dengan persetujuan, konvensional, ketergantungan dan penghindaran.
Bagaimana Budaya Ditanamkan dalam Organisasi
Edgar Schein, sarjana perilaku organisasi yang terkenal mengatakan bahwa menanamkan sebuah budaya melibatkan proses belajar. Anggota organisasi mengajarkan satu sama lainnya mengenai nilai-nilai, keyakinan, pengharapan, dan perilaku yang dipilih organisasi, dengan menggunakan satu atau lebih mekanisme berikut:
1. Pernyataan filosofi formal, misi, visi, nilai, dan material organisasi yang digunakan untuk rekruitmen, seleksi, dan sosialisasi.
2. Desain secara ruangan fisik, lingkungan kerja, dan bangunan. Mempertimbangkan penggunaan alternative baru desain tempat kerja yang disebut dengan ‘hoteling’.
3. Slogan, bahasa, akronim, dan perkataan.
4. Pembentukan peranan secara hati-hati.
5. Penghargaan eksplisit, symbol status, dan criteria promosi.
6. Cerita, mitos, legenda suatu peristiwa dan orang-orang penting.
7. Aktifitas, proses, atau hasil organisasi yang juga diperhatikan, diukur, dan dikendalikan pimpinan.
8. Reaksi pimpinan terhadap insiden yang kritis dan krisis organisasi.
9. Struktur organisasi dan aliran kerja.
10. Sistem danprosedur organisasi.
11. Tujuan organisasi dan criteria gabungan yang digunakan untuk rekruitmen, seleksi, pengembangan, promosi, pemberhentian, dan pengunduran diri karyawan.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut:
1. Budaya organisasi adalah seperangkat asumsi atau system keyakinan, nilai-nilai dan norma-norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal.
2. Karakteristik budaya organisasi, yaitu: 1. Perilaku individu yang tampak.2. Norma-norma yang berlaku dalam organisasi.3. Nilai-nilai yang dominan dalam kehidupan organisasi.4. Falsafah manajemen.5. Peraturan-peraturan yang berlaku. 6. Iklim organisasi. 7. Inisiatif individu organisasi. 8. Toleransi terhadap resiko. 9. Pengarahan pimpinan/manajemen. 10. Integrasi kerja. 11. Dukungan manajemen. 12. Pengawasan kerja. 13. Identitas individu organisasi. 14. Sistem penghargaan terhadap prestasi kerja. 15. Toleransi terhadap konflik, dan 16. Pola komunikasi kerja.
3. Fungsi budaya organisasi, yaitu:
1. Memberikan identitas organisasi kepada karyawan.
2. Memudahkan komitmen kolektif.
3. Mempromosikan stabilitas system social.
4.Terdapat tiga tipe umum budaya organisasi, yaitu: konstruktif, pasif-defensif, dan agresif-
defensif. Setiap tipe berhubungan dengan seperangkat keyakinan normative yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA.
Aa Anwar P M. Perilaku dan Budaya Organisasi. 2008. Bandung. PT Refika Aditama.
Manahan M Tampubolon. Manajemen Operasional. 2004. Jakarta. Ghalia Indonesia.
R Kreiner, A Kinick. Perilaku Organisasi. 2000. Jakarta. Penerbit Salemba Empat.
Yayat M Herujito. Dasar-dasar manajemen. 2001. Jakarta. Grasindo.

http://ryusaki69.wordpress.com/2010/05/20/budaya-organisasi/